PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu proseses perbaikan secara spontan.
Di Indonesia diperkirakan 102 ribu
anak menderita penyakit hernia. Untuk data di jawa tengah, mayoritas usia
penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan
rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun
berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah
tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan
kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah
masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia
yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan
terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase
penyakit bedah lainnya ( Ilham, 2008:17).
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan
bagaimana asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia Scrotalis
Post Operasi Herniotomy
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-masalah
berikut ini :
1.
Pengertian hernia pada anak?
2.
Apa Etiologi hernia?
3.
Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4.
Apa saja Klasifikasi hernia?
5.
Bagaimana pathway hernia?
6.
Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7.
Apa saja Komplikasi hernia?
8.
Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9.
Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10.
Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada semester VI Kampus
Terpadu Sakinah.
2.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui :
1.
Pengertian hernia pada anak?
2.
Apa Etiologi hernia?
3.
Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4.
Apa saja Klasifikasi hernia?
5.
Bagaimana pathway hernia?
6.
Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7.
Apa saja Komplikasi hernia?
8.
Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9.
Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10.
Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
KONSEP DASAR
2.1.1
Pengertian
Hernia merupakan kelemahan atau defek di
dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk
kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins &
Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui
anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
2.1.2
Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia adalah :
a.
Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan
tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b.
Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki
biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang
terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut
sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made
Kusala, 2009).
c.
Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada
hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat
batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis,
sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d.
Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e.
Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan
berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f.
Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar
perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g.
Pekerjaan
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus
pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah
h.
Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko
menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan
kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya
lagi.(Giri Made Kusala, 2009)
2.1.3
Manifestasi klinis
1.
Adanya benjolan di daerah inguinal
2.
Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3.
Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4.
Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
5.
Bila isinya terjepit
akan menimbulkan perasaan sakit / nyeri di tempat itu disertai perasaan mual,
muntah
6.
Bila terjadi hernia
inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.
7.
Hernia femoralis
kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit
kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di
bawah sela paha.
8.
Hernia diafragmatika
menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
9.
Bila pasien mengejan
atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. (Oswari, 2000 : 218)
2.1.4
Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia, menurut letaknya dan
hernia menurut sifat atau tingkatanya.
2.1.4.1 Hernia
menurut letaknya adalah :
1.
Hernia Inguinalis Lateralis
(indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia
Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga
Haselbach.
3. Hernia
femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat
dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan
akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
4. Hernia
umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical.
sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering
terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe
hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak
adekuat.
5. Hernia
skrotalis
Merupakan
hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
2.1.4.2 Menurut
sifat atau tingkatannya :
1. Hernia
reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar
masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak
mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia
ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel
(hernia tidak masuk kembali) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung
pada peritoneum.
3. Hernia
inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang
masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan
aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin
hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke
rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih
dimaksudkan hernia irreponibel
4. Hernia
strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang
mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus
kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada
pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri
tekan.
2.1.5
PATHWAY
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() ![]() |
Otot dinding abdomen tipis (mengalami kelemahan)
|
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
|||||||||
![]() ![]() ![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() ![]() ![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
KURANG
PENGETAHUAN
|
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() ![]() |
Gg.
ELIMINASI
|
|||||||
![]() ![]() ![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DR KEBUTUHAN TUBUH
|
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
NYERI
AKUT
|
![]() |
||||||||
RESIKO
INFEKSI
|
|||||||||
POST OPERASI
![]() ![]() ![]() ![]() |
||||||||||||
Kurang terpapar informasi mengenai prosedur
pembedahan
Ancaman kematian
|
Insisi bedah
Resti perdarahan,
![]() |
![]() |
||||||||||
![]() ![]() |
||||||||||||
![]()
ANSIETAS
|
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
![]() ![]() |
||||||||||
Gg.
RASA NYAMAN NYERI
|
NUTRISI
KURANG DR KEBUTUHAN TUBUH
|
KEKURANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
|
Absorbs toksik
|
|||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
2.1.6
Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan
kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia
inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia,
akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit
dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan
timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau
saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka
bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis
karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock,
demam, asidosis metabolik, abses
2.1.7
Pemeriksaan penunjang
1. Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT
Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut
keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar
gas dalam usus/ obstruksi usus
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit
dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel
darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan
elektrolit.
2.1.8
Penatalaksanaan Medis
1.
Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan
bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi),
selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia
diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar
nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal
berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk
mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2.
Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong
hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.
2.2
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
2.2.1
PENGKAJIAN
a.
Identitas Klien :
Hernia
bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan
pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
b.
Keluhan utama :
Nyeri
dan ada benjolan di inguinal.
c.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien
mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara
di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e.
Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien
masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih
dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam
keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
f.
Riwayat tumbuh kembang :
1)
Prenatal : Ditanyakan
apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2)
Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan
membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3)
Postnatal : Ditanyakan apakah
setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak.
g.
Riwayat imunisasi
Tanyakan
pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1)
Usia <7 hari anak
mendapat imunisasi hepatitis
B
2)
Usia 1 bulan anak
mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3)
Usia 2 bulan anak
mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4)
Usia 3 bulan anak
mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5)
Usia 4 bulan anak
mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6)
Usia 9 bulan anak
mendapat imunisasi campak
h.
Pola aktivitas sehari-hari
1)
Nutrisi.
Klien
mengalami mual muntah.
2)
Aktivitas/istirahat
·
Sebelum MRS:
o Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan,
sering melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
·
Sesudah MRS:
o Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
o Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah
satu bagian tubuh.
o Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan.
o Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
o Gangguan dalam berjalan.
3)
Eliminasi.
o Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
o Adanya retensi urine.
4)
Istirahat tidur. : Penurunan
kualitas tidur.
5)
Personal Higiane : Penurunan
kebersihan diri , ketergantungan.
6)
Integritas Ego :
·
Gejala : ketakutan
akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga
·
Tanda : tampak cemas,
depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
7)
Kenyamanan
·
Gejala : nyeri
seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong,
bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)
i.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
Kesadaran : composmentis
GCS :456
TTV = TD
: Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
1)
Kepala dan leher
Inspeksi
: Ekspansi wajah menyeringai,
Mata
: Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjunctiva tdk anemis
Hidung
: Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga
: Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir
: Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2)
Dada :
Inspeksi
: Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi :
Denyutan jantung teraba cepat,badan terasa panas,nyeri tekan (-)
Perkusi
: Jantung : Dullness
Auskultasi
: Suara nafas normal.
3)
Abdomen
Inspeksi
: terdapat benjolan ingunalis
Palpasi
: Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi
: dullnes
Auskultasi
: Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4)
Ekstremitas
Atas
: simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem
j.
Pemeriksaan penunjang :
1)
Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang
terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2)
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3)
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi
usus
4)
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit
: >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
2.2.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Pre op
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan terjepitnya hernia
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan..
b.
Post op
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari pembedahan / trauma jaringan.
2)
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang
gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Post op
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan / adanya insisi dari pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang/ hilang dg
KH :
·
kx mengungkapkan myeri berkurang
·
skala nyeri 0 (hilang / berkurang)
·
Ekspresi wajah rileks dan santai
·
Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
·
Ttv dlm batas normal : (80-120 mmhg)
INTERVENSI:
1)
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/
: Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2)
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda
nyeri hebat sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.
3)
Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab
nyeri.
4)
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan
peredaran darah sehingga dapat mengurangi nyeri.
5)
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan
pada daerah tertentu
6)
Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system
syaraf pusat sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri
2)
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi dengan KH :
·
Nafsu makan meningkat
·
Porsi makan habis , tidak ada mual & muntah, BB naik
·
Hb normal (11,4-17,7 g/dl), Albunin normal (3,8-4,4 g/dl)
INTERVENSI :
1)
Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha
nutrisi
2)
Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan
nutrisi dan dukungan cairan
3)
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi Nkarbohidrat.
R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi
gaster
4)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh
pasien
R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai
dengan kebutuhan pasien
3)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang
gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
Tujuan : Setelah
dilaukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Intoleransi aktifitas
dapat teratasi dg KH :
·
Klien tidak lemah
·
Klien dapat melakukan
aktifitas secara mandiri, skala aktivitas = 0 (mandiri)
·
Klien tidak takut bergerak
lagi dan mau beraktivitas mandiri.
INTERVENSI :
1)
Kaji kemampuan klien
dalam melakukan aktifitas.
Rasional:
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2)
Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama
dan sesudah aktifitas.
Rasional:
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan
3)
Bantu klien dalam
memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional:
Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4)
Dorong partisipasi
klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
Rasional:
Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan kemampuan
klien.
5)
Dorong dukungan dan
bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.
Rasional:
Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
6)
Berikan lingkungan
tenang dan mempertahankan tirah baring.
Rasional:
Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien.
7)
Bantu aktifitas atau
ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
Rasional:
Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.A DENGAN DX
MEDIS “HERNIA SCROTALIS”
DI RS MEDIKA MALANG
A.
DATA PENGKAJIAN
1.
Biodata
a)
Identitas klien
Nama : An. “A”
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Nama : An. “A”
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS :
10 Januari 2015
Jam MRS :
09.00 WIB
Tgl pengkajian :
11 Januari 2015
Jam pengkajian :
07.00 WIB
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis : Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis : Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy
b)
Identitas Penanggung Jawab
Nama Ayah: Tn
“S”
Usia : 35 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ayah Klien
Usia : 35 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ayah Klien
Nama Ibu: Ny
“A”
Usia : 27 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ibu Klien
Usia : 27 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ibu Klien
2. Riwayat kesehatan
a)
Keluhan Utama
Klien
mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka operasi,
Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan bawah perut
S : nyeri skala : 6 (sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering muncul pada malam hari
b)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit ± 1 minggu , klien mengeluhkan nyeri pada perut bagian
bawah kanan dan bagian kemaluan/scrotum klien membengkak dan terdapat tonjolan,
Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter dianjurkan untuk
operasi, kemudian oleh keluarga dibawa kerumah sakit medika malang pada tgl 10
januari 2015 jam 09.00 WIB, melalui IGD dan
dianjurkan untuk rawat inap di ruang mawar karena akan menjalani operasi pd tgl
11 januari 2015 dg dx medis hernia scrotalis, setelah dilakukan
pengkajian pd tgl 11 januari 2015, Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah pusat karena luka operasi, selain itu klien juga mengatakan mual tapi tidak muntah, tidak ada
nafsu makan dan tdk bias melakukan aktivitas nya secara mandiri,
yaitu dg bantuan keluarganya
c)
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di
rawat di rumah sakit & tdk pernah
menderita penyakit spt yang di alami klien saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya ada yang menderita penyakit
serupa dengan klien seperti hernia, yaitu ayahnya,
3. Pola Kebiasaan Klien
a)
Pola nutrisi dan metabolic :
Sebelum MRS :
makan 3x/hr nasi lauk sayur an minum air putih 7-8gls/hr
Setelah MRS : makan 2x/hr, bubur, porsi
sedikit (7 sendok), porsi makan tidak habis , mual tp tidak muntah dan nafsu
makan menurun
b)
Pola
eliminasi :
Sebelum MRS : BAK 4-5x/hr warna kuning
jernih , BAB 2-3x/hr konsistensi lunak, bau khas warna kuning
Setelah MRS : : BAK 3-4 x/hr warna kuning jernih ,
BAB 1x/hr konsistensi lembek, bau khas warna kuning
c)
Pola Aktifitas dan latihan :
Sebelum MRS :
dapat melakukan semua aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain
Setelah MRS : hanya bisa istirahat dan melakukan aktivitasnya seperti mandi, eliminasi,
mobilisasi di bantu oleh
keluarga karena kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya luka operasi
d) Pola tidur dan istirahat
:
Sebelum MRS :
klien tidur ± 6-7 jam / hari dengan nyenyak
Setelah MRS : Klien tidur ± 4-5 jam dan tidak terbangun pada malam hari karena nyeri
e)
Persepsi diri :
Klien cemas dan
takut apabila berkomunikasi dengan perawat.
f)
Nilai keyakinan : Klien dan keluarga berdoa memohon kesembuhan
sebelum tidur.
g)
Konsep Diri
Pada konsep diri yang
meliputi: body image atau gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan
identitas diri tidak dikaji karena klien anak berusia 7 tahun dan tidak memungkinkan
untuk dapat dikaji karena klien belum memahami konsep dirinya
4.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
lemah
Kesadaran : Compos mentis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
R : 26 x/ menit
S : 36,5 ºC
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
R : 26 x/ menit
S : 36,5 ºC
BB :
15 Kg
2. Kepala
Bentuk kepala : simetris
Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada
benjolan.
Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor,
edema sekitar mata.
Hidung : tidak terdapat secret, tdk ada pernafasan
cuping hidung, fungsi
pembauan baik
Mulut : membran mukosa kering,
3. Leher
Bentuk simetris, Pada leher tidak ada nyeri tekan dan tdk ada pembesaran kelenjar tiroid.
4. Kulit
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Tdk ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Tdk ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.
5. Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien dan tidak terdapat benjolan.
Perkusi :
Terdengar suara redup di interkosta 5 , suara pekak pada jantung
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronchi dan
terdengar bunyi S1,2
6. Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, ada luka bekas operasi di perut bagian bawah, tdk terdapat edema
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, ada luka bekas operasi di perut bagian bawah, tdk terdapat edema
Auskultasi : Terdengar bising usus 12x.
Perkusi :
Terdengar suara timpani
Palpasi :
ada nyeri tekan dan tidak teraba masa pada perut klien
7. Ekstremitas
a) Atas :
a) Atas :
Simetris, tdk ada edema, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada
kemerahan pada tangan klien,.
b) Bawah :
Simetris, tdk ada odem , tugor kulit tidak elastis, tidak terdapat
bekas luka pada kaki klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo
matang.
8.
Genetalia
Terpasang Cateter, urine
keluar dengan warna kuning pekat volume 450cc, tidak terdapat endapan maupun
darah, posisi kateter benar/tanpa hambatan, kateter terpasang hari ke dua
dan area scrotum sebelah kanan memerah
dan ada nyeri tekan pada area genetalia klien
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 10 januari 2015
No
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
1
|
Hemoglobin
|
10,8 gr/dl
|
12 – 14 gram/dl
|
2
|
Leukosit
|
10.200/ul
|
5.000 – 10.000/ul
|
3
|
Hemetokrit
|
39%
|
37 – 43 %
|
4
|
Laju endap darah
|
25 mm/jam
|
0 – 15 mm/jam
|
5
|
Blooding time (BT)
|
2 menit
|
1 – 3 menit
|
6
|
Clothing time (CT)
|
4 menit
|
2 – 6 menit
|
7
|
Golongan darah
|
AB
|
|
8
|
Trombosit
|
283.000/ul
|
15.000 – 50.000/ul
|
9
|
Eritrosit
|
4,3 106 /ul
|
4,0 – 5,0 106 /ul
|
10
|
Eosinofil
|
1%
|
1 – 3%
|
11
|
Basofil
|
0%
|
0 – 3%
|
12
|
Batang
|
1%
|
2 - 6%
|
13
|
Segment
|
80%
|
50 - 70%
|
14
|
Limfosit
|
14%
|
20 – 40%
|
15
|
Monosit
|
5%
|
2 - 8%
|
6. Penatalaksanaan
Pada tanggal
pengkajian tanggal 11 januari 2015, klien An. A mendapatkan terapi sebagai
berikut:
No
|
Terapi
|
Dosisi
|
Rute/Cara
|
Efek
|
1
|
Cefotaxime Injeksi
|
300mg/8Jam
|
Intravena
|
Antibiotik
|
2
|
Cetrolac Injeksi
|
8mg/12Jam
|
Intravena
|
Analgetik
|
3
|
Paracetamol Syrup
|
3x 1Sendok takar
|
Oral
|
Antipiretik
|
4
|
Trijek Injeksi
|
1 ampul/8Jam
|
Intravena
|
Analgetik
|
B.
Analisa Data
Nama Pasien : An A
Nama Pasien : An A
Umur
: 7 th
No.Registrasi : 8081
No
|
Data penunjang
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS :
Klien
mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah
pusat (umbilicus) karena luka operasi,
Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan bawah perut
S : nyeri skala : 6 (sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering
muncul pada malam hari
DO :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
· Ekspresi wajah menyeringai.
· Skala nyeri 6 (sedang)
· Pasien tampak memegangi bagian perut dan tampak
hati–hati dalam melakukan pergerakan.
· Pada abdomen klien terdapat luka operasi pada
kuadran abdomen bagian bawah (umbilicus), panjang luka kurang lebih 7cm terdapat
jahitan simpul sebanyak 10 simpul, keadaan luka bersih tidak terdapat pus.
|
Gangguan Rasa Nyaman nyeri
|
Herniasi usus pada
scrotum
Proses pembedahan/ mengembalikan herniasi keposisi
semula
Terputusnya kontinuitas jaringan abdomen
Proses inflamasi
Peningkatan Nociceptor/ rangsang nyeri
Nyeri akut
|
2
|
DS :
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, tetapi
tidak muntah
DO :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
BB : 15 kg
· Tampak pucat
· Mukosa bibir kering
· Porsi makan tidak habis (7 sendok)
· Anoreksia
· Adanya mual & muntah
|
Nutrisi kurang dr
kebutuhan tubuh
|
Peningkatan tekanan
abdomen
Peristaltic usus
terganggu/ sumbatan saluran cerna
Regurgitasi isi
usus
Kembung
Mual muntah
Anoreksia
Nutrisi kurang dr
kebutuhan tubuh
|
3
|
DS :
Klien mengatakan tdk bisa melakukan aktivitasnya
secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya
DO :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
· Klien kehilangan tonus otot karena luka operasi
· Mandi, mobilisasi dan eliminasi di bantu oleh
keluarga
|
Intoleransi
aktivitas
|
Cidera jaringan/
prosedur Infasive
Peningkatan rangsang nociceptor
Nyeri
Ketakutan bergerak
Malaise
Keterbatasan rentang gerak
Intolerasi
aktivitas
|
C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An A
Umur
: 30 Th
No.Regristasi : 8081
No
|
Tgl
muncul
|
Diagnose
keperawatan
|
Tgl
teratasi
|
1
2
3
|
11
-1- 2015
11
-1- 2015
11
-1- 2015
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan adanya insisi dari
pembedahan / trauma jaringan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon
nyeri dan prosedur infasive
|
D.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An A
Umur
: 7 Th
No.Regristasi : 8081
No Dx
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang/ hilang
dg KH :
- px mengungkapkan myeri
berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks dan
santai
- Px dapat tidur dan istirahat
dengan nyaman
- Ttv dlm batas normal :
(80-120 mmhg)
|
1)
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
2)
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
3)
Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
4)
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
5)
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
6)
Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
|
1)
R/
: Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2)
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya
3)
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri
4)
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah
sehingga dapat mengurangi nyeri.
5)
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6)
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga
dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri
|
2
|
Tujuan : Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi dengan KH :
· Nafsu makan meningkat
· Porsi makan habis
· BB Naik
|
1)
Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak
disukai.
2)
Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3)
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
kalori dan tinggi Nkarbohidrat.
4)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
yang dibutuhkan oleh pasien
|
1)
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2)
R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi
dan dukungan cairan
3)
R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4) R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi
sesuai dengan kebutuhan pasien
|
3
|
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan Intoleransi aktifitas dapat teratasi dg KH :
·
Klien tidak lemah
·
Klien dapat
melakukan aktifitas secara mandiri
·
Klien tidak takut
bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri
|
1)
Kaji kemampuan
klien dalam melakukan aktifitas.
2)
Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama
dan sesudah aktifitas.
3)
Bantu klien dalam
memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
4)
Dorong partisipasi
klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
5)
Dorong dukungan dan
bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.
6)
Berikan lingkungan
tenang dan mempertahankan tirah baring.
7)
Bantu aktifitas
atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
|
1)
Rasional:
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2)
Rasional: Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
3)
Rasional: Membantu
klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4)
Rasional: Melatih
klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan kemampuan klien.
5)
Rasional: Melatih
klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
6)
Rasional:
Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien
7)
Rasional:
Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas
|
E.
IMPLEMENTASI
Nama
Pasien : An A
Umur
: 7 Th
No.Regristasi
: 8081
No
Dx
|
Tgl
|
Jam
|
Implementasi
|
Respon
klien
|
TTd
|
1
|
11 – 1 – 2015
|
07.30
WIB
07.45
WIB
08.00
WIB
08.30
WIB
11.00
WIB
|
· Mengukur tanda–tanda vital,
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
· mengkaji skala dan kwalitas nyeri.
· Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.
·
Menganjurkan pasien
untuk nafas dalam untuk mengurangi nyeri
·
Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan :
- Cefotaxime
Injeksi 300mg/8 jam IV
- Cetrolac
Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol
Syrup 3x1 sendok oral
- Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
|
· Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv
· Px mengtakan nyeri sprt tertusuk benda tajam
· Px mengatakan nyaman berbaring
· Px kooperatif
· Px kooperatif
|
|
2
|
11 – 1 – 2015
|
07.30
WIB
07.50
WIB
08.15
WIB
08.40
WIB
11.00
WIB
|
·
Melakukan observasi TTV
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
·
Memotivasi px untuk makan makanan sesuai dengan diet
yg dianjurkan & suplemen makanan
·
Menganjurkan keluarga utk memberi makan sedikit tp
sering
·
Menghidangkan makanan yg menarik perfhatian px
·
Melakukan kolaborasi dengan ahli gisi dalam
pemberian
- Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam IV
- Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol Syrup 3x1 sendok oral
- Trijek Injeksi
1 amp/8 jam IV
|
· Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv
· Px kooperatif
· Px kooperatif
· Px kooperatif
· Px kooperatif
|
|
3
|
11 – 1 – 2015
|
07.30
WIB
07.45
WIB
09.00
WIB
09.00
WIB
|
·
Melakukan observasi TTV
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
·
Melihat kemampuan klien dalam meakukan aktivitasnya
·
Mengkaji kemampuan otot klien dengan cara menyuruh
untuk bergerak
·
Memposisikan px senyaman mungkin sesuai kemampuan px
|
· Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv
· Px tampak mengerak2kan
kakinya
· Px kooperatif
· Px nyaman berbaring
|
F.
EVALUASI
Nama Pasien : An A
Umur
: 7 Th
No.Regristasi : 8081
No
|
Tanggal
|
Evaluasi
|
1.
|
11
– 1 – 2015
|
S : Klien mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah pusat
(umbilicus) karena
luka operasi,
Q : nyeri seperti
tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan
bawah perut
S : nyeri skala : 6
(sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering
muncul pada malam hari
O :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
· Ekspresi wajah menyeringai.
· Skala nyeri 6 (sedang)
· Pasien tampak memegangi bagian perut dan tampak
hati–hati dalam melakukan pergerakan.
· Pada abdomen klien terdapat luka operasi pada
kuadran abdomen bagian bawah (umbilicus), panjang luka kurang lebih 7cm
terdapat jahitan simpul sebanyak 10 simpul, keadaan luka bersih tidak
terdapat pus
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4,5
|
2
|
11
– 1 – 2015
|
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, tetapi
tidak muntah
O :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
BB
: 15 kg
· Tampak pucat
· Mukosa bibir kering
· Porsi makan tidak habis (7 sendok)
· Anoreksia
· Adanya mual & muntah
A
: Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4
|
3
|
11
– 1 – 2015
|
S : Klien mengatakan tdk bisa melakukan aktivitasnya
secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya
O :
· K/u : lemah
· Kesadaran : composmentis
· GCS : 456
· Tanda–tanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
· Klien kehilangan tonus otot karena luka operasi
· Mandi, mobilisasi dan eliminasi di bantu oleh
keluarga
A
: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan sebuah
organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang
berisi bagian-bagian tersebut (nettina, 2001 : 253).
Hernia dapat terjadi karena ada
sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat
bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah
hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak
segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Pelaksanaannya adalah dengan resposisi
secara manual, dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak
memerlukan tindakan bedah, herniografi (bedah perbaikan hernia) adalah di seksi
dari kantung hernia dan di kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen,
hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian analgesik pada hernia yang
menyebabkan nyeri.
Komplikasi hernia adalah terjadi
perlengketan antara isi hernia dan dinding kantung hernia sehingga isi hernia
tidak dapat di masukkan kembali, terjadi penekanan terhadap cincin hernia
akibat banyak unsur yang masuk.
4.2
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu mendiagnosis
secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu memberikan
asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
Tentunya
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
A. (2011) Asuhan kepeperawatan Hernia
Scrotalis Pada Pasien Pasca Operasi. Dikutip dari http://askep-kesehatan.
Jurnal keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html. Diakses tanggal 12 Juli 2011
Biggs
WS, Dery WH. (2008) Evaluation and Treatment
of Constipation in Infants and Children. http://www.aafp.org/afp/20060201/469.html. Di akses tanggal 22
Juli 2011.
Carpenito
L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa
keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.
Doengoes,
M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan
Pasien (terjemahan) Edisi 3, EGC. Jakarta.
Gaffar.
L. Oj. (1999) Pengantar Keperawatan Profesional.
EGC. Jakarta
Kozier
& Erb. (2004) Hernia Scrotalis Post
Surgery Management dan Wounds. Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall. Available from http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/april
2009. Di akses tanggal 22 Juli 2011.
Terima kasih untuk berbagi informasi , informasi itu sangat informatif dan membantu
ReplyDeleteOBAT HERNIA
terima kasih infonya
ReplyDeleteOBAT HERNIA
OBAT HERNIA
ReplyDeleteTERIMA KASIH INFO, SANGAT BERMANFAAT