Monday, April 13, 2015

Askep Hernia pada anak

SHARE


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang


Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu proseses perbaikan secara spontan.
Di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di jawa tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya ( Ilham, 2008:17).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan bagaimana asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut ini :
1.        Pengertian hernia pada anak?
2.        Apa Etiologi hernia?
3.        Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4.        Apa saja Klasifikasi hernia?
5.        Bagaimana pathway hernia?
6.        Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7.        Apa saja Komplikasi hernia?
8.        Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9.        Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10.    Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?

1.3         Tujuan Penulisan
1.        Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada semester VI Kampus Terpadu Sakinah.
2.        Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui :
1.             Pengertian hernia pada anak?
2.             Apa Etiologi hernia?
3.             Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4.             Apa saja Klasifikasi hernia?
5.             Bagaimana pathway hernia?
6.             Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7.             Apa saja Komplikasi hernia?
8.             Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9.             Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10.         Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         KONSEP DASAR
2.1.1        Pengertian
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer  : 2000)
2.1.2        Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia adalah :
a.         Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b.        Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c.         Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d.        Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e.         Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f.         Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g.        Pekerjaan
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah
h.        Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009)

2.1.3        Manifestasi klinis
1.        Adanya benjolan di daerah inguinal
2.        Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3.        Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4.        Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
5.        Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit / nyeri di tempat itu disertai perasaan mual, muntah
6.        Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
7.        Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
8.        Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
9.        Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. (Oswari, 2000 : 218)

2.1.4        Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia, menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau tingkatanya.
2.1.4.1  Hernia menurut letaknya adalah :
1.    Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2.    Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3.    Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
4.    Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
5.    Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
2.1.4.2  Menurut sifat atau tingkatannya :
1.    Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2.    Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel (hernia tidak masuk kembali) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3.    Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4.    Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

2.1.5        PATHWAY
Bayi baru lahir
Pekerjaan berat, angkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersin
Riwayat pembedahan abdomen, obesitas, proses perkembangan yg lama
Prosesus vaginalisperitonei tdk terobiliterasi
Peningkatan tekanan intra abdomen
Kanalis inguinalis terbuka
Fasia abdomen tdk mampu menahan tekanan
Otot dinding abdomen tipis (mengalami kelemahan)
Peritoneum tertarik ke daerah scrotum
Fasia terkoyak



Hernia inguinalis lateralis kongenital (bawaan)
Hernia inguinalis lateralis akuisita (didapat)




HERNIA
PRE OP

Peningkatan isi abdomen (usus) memasuki kantong hernia

Perubahan status kesehatan

Peningkatan tekanan

Kurang terpapar informasi kesehatan
Saluran limfe terbendung
Kantong hernia semakin sempit
KURANG PENGETAHUAN

Odema
Usus terjepit




Penekanan pemb. Darah (suplai darah terhenti)
Peristaltic usus terganggu (sumbatan saluran cerna)
Obstipasi
Iskemi jaringan
Regurgitasi isi usus
Gg. ELIMINASI
Kerusakan jaringan
Kembung
Pelepasan mediator nyeri (prostaglandin, histamine, bradikinin)

Nekrosis
Anoreksia




Diterima reseptor nyeri perifer
Penumpukan jaringan mati
Mual muntah




Impuls ke SSP
Inflamasi
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DR KEBUTUHAN TUBUH




Diterima otak
Fagositosis oleh sel darah putih




Persepsi nyeri
Abses






NYERI AKUT
Statis cairan tubuh








RESIKO INFEKSI
















POST OPERASI

Kurang terpapar informasi mengenai prosedur pembedahan


 
Ancaman kematian
Insisi bedah


 
Resti perdarahan,
Resti infeksi
Gerakan peristaltik meningkat

Mual, muntah
ANSIETAS
Terputusnya jaringan syaraf
Nafsu makan menurun
Suplai cairan dan elektrolit berkurang

Nyeri
Intake nutrisi tdk adekuat
Dehidrasi

Gg. RASA NYAMAN NYERI
NUTRISI KURANG DR KEBUTUHAN TUBUH

KEKURANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Absorbs toksik



Iskemik usus






Paralise








Gg. MOBILITAS FISIK
2.1.6        Komplikasi
1.    Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2.    Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3.    Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata
4.    Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5.    Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6.    Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7.    Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8.    Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9.    Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses

2.1.7        Pemeriksaan penunjang
1.    Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2.    Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3.    Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus
4.    Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

2.1.8        Penatalaksanaan Medis
1.        Konservatif
a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c.       Celana penyangga
d.      Istirahat baring
e.       Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f.       Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2.        Pembedahan (Operatif) :
a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong
c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

2.2         KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
2.2.1   PENGKAJIAN
a.         Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
b.        Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c.         Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d.        Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e.         Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
f.         Riwayat tumbuh kembang :
1)        Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2)        Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3)        Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak.
g.        Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1)        Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B         
2)        Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3)        Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4)        Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5)        Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6)        Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h.        Pola aktivitas sehari-hari
1)        Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2)        Aktivitas/istirahat
·      Sebelum MRS:
o  Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
·      Sesudah MRS:
o  Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
o  Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian  tubuh.
o  Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
o  Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
o  Gangguan dalam berjalan.
3)        Eliminasi.
o  Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
o  Adanya retensi urine.
4)        Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.
5)        Personal Higiane : Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
6)        Integritas Ego :
·      Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga
·      Tanda :  tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
7)        Kenyamanan
·      Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)

i.          Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
Kesadaran : composmentis
GCS :456
TTV =   TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
              Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
              Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
              RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
1)        Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai,
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjunctiva tdk anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2)        Dada :
Inspeksi   : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi   : Denyutan jantung teraba cepat,badan terasa panas,nyeri tekan (-)
Perkusi     : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3)        Abdomen
Inspeksi   : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi     : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi     : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4)        Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem

j.          Pemeriksaan penunjang :
1)        Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2)        Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3)        Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus
4)        Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

2.2.2   DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.        Pre op
1)   Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia
2)   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3)   Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan..
b.        Post op
1)   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari pembedahan / trauma jaringan.
2)   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3)   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive

2.2.3   INTERVENSI KEPERAWATAN
a.        Post op
1)   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan / adanya insisi dari pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang/ hilang dg KH :
·      kx mengungkapkan myeri berkurang
·      skala nyeri 0 (hilang / berkurang)
·      Ekspresi wajah rileks dan santai
·      Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
·      Ttv dlm batas normal : (80-120 mmhg)
INTERVENSI:
1)        Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2)        Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.
3)        Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
4)        Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga dapat mengurangi nyeri.
5)        Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6)        Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri

2)   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi dengan KH :
·      Nafsu makan  meningkat
·      Porsi makan habis , tidak ada mual & muntah, BB naik
·      Hb normal (11,4-17,7 g/dl), Albunin normal  (3,8-4,4 g/dl)
INTERVENSI :
1)        Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2)        Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan
3)        Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi   Nkarbohidrat.
R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4)        Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi  sesuai dengan kebutuhan pasien

3)   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
Tujuan : Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Intoleransi aktifitas dapat teratasi dg KH :
·           Klien tidak lemah
·           Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, skala aktivitas = 0 (mandiri)
·           Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri.
INTERVENSI :
1)        Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2)         Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.
Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
3)        Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional: Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4)        Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
Rasional: Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan kemampuan klien.
5)        Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.
Rasional: Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
6)        Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.
Rasional: Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien.
7)        Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.A DENGAN DX MEDIS HERNIA SCROTALIS
DI  RS MEDIKA MALANG

A.           DATA PENGKAJIAN
1.    Biodata
a)    Identitas klien
Nama                             : An. “A”
Usia                               : 7 tahun
Jenis Kelamin                :
laki - laki
Agama                           : Islam
Pendidikan                    : SD
Pekerjaan                       : -
Suku/Kebangsaan          : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS                : 10 Januari 2015
Jam MRS                       : 09.00 WIB
Tgl pengkajian               : 11 Januari 2015
Jam pengkajian              : 07.00 WIB
Alamat                           : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis                       : Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy
b)   Identitas Penanggung Jawab

Nama Ayah: Tn “S”
Usia       : 35 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat   : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px:
Ayah Klien

Nama Ibu: Ny “A”
Usia       : 27 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat   : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ibu Klien


2.    Riwayat kesehatan

a)        Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri :

P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka operasi,

Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam

R : di bagian kanan bawah perut

S : nyeri skala : 6 (sedang)

T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering muncul pada malam hari

b)        Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit ± 1 minggu , klien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah kanan dan bagian kemaluan/scrotum klien membengkak dan terdapat tonjolan, Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa kerumah sakit medika malang pada tgl 10 januari 2015 jam 09.00 WIB, melalui IGD dan dianjurkan untuk rawat inap di ruang mawar karena akan menjalani operasi pd tgl 11 januari 2015 dg dx medis hernia scrotalis,  setelah dilakukan pengkajian pd tgl 11 januari 2015, Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah pusat karena luka operasi, selain itu klien juga mengatakan mual tapi tidak muntah, tidak ada nafsu makan dan tdk bias melakukan aktivitas nya secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya

c)        Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit & tdk pernah  menderita penyakit spt yang di alami klien saat ini.

d)       Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa keluarganya ada yang menderita penyakit serupa dengan klien seperti hernia, yaitu ayahnya,

3.    Pola Kebiasaan Klien

a)        Pola nutrisi  dan metabolic :

Sebelum MRS : makan 3x/hr nasi lauk sayur an minum air putih 7-8gls/hr

Setelah MRS   : makan 2x/hr, bubur, porsi sedikit (7 sendok), porsi makan tidak habis , mual tp tidak muntah dan nafsu makan menurun

b)        Pola eliminasi :

Sebelum MRS : BAK 4-5x/hr warna kuning jernih , BAB 2-3x/hr konsistensi lunak, bau khas warna kuning

Setelah MRS   : : BAK  3-4 x/hr warna kuning jernih , BAB 1x/hr konsistensi lembek, bau khas warna kuning

c)        Pola Aktifitas dan latihan :

Sebelum MRS : dapat melakukan semua aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain

Setelah MRS   : hanya bisa istirahat dan melakukan aktivitasnya seperti mandi, eliminasi, mobilisasi di bantu oleh keluarga karena kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya luka operasi



d)       Pola  tidur dan istirahat :

Sebelum MRS : klien tidur ± 6-7 jam / hari dengan nyenyak

Setelah MRS   : Klien tidur ± 4-5 jam dan tidak terbangun pada malam hari karena nyeri

e)        Persepsi diri :

Klien  cemas  dan takut apabila berkomunikasi dengan perawat.

f)         Nilai keyakinan : Klien dan keluarga berdoa memohon kesembuhan  sebelum tidur.

g)        Konsep Diri

Pada konsep diri yang meliputi: body image atau gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri tidak dikaji karena klien anak berusia 7 tahun dan tidak memungkinkan untuk dapat dikaji karena klien belum memahami konsep dirinya



4.    Pemeriksaan Fisik

1.    Keadaan Umum : lemah
Kesadaran          : Compos mentis

GCS                   : 456
Tanda-Tanda Vital :
N            : 90 x/ menit
R            : 26 x/ menit
S            : 36,5 ºC

BB         : 15 Kg

2.    Kepala

Bentuk kepala : simetris

Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan.

Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, edema sekitar mata.

Hidung : tidak terdapat secret, tdk ada pernafasan cuping hidung, fungsi pembauan baik

Mulut : membran mukosa kering,

3.    Leher

Bentuk simetris, Pada leher tidak ada nyeri tekan dan tdk ada pembesaran kelenjar tiroid.

4.    Kulit
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Tdk
ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.

5.    Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.

Palpasi   : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien dan tidak terdapat benjolan.

Perkusi   : Terdengar suara redup di interkosta 5 , suara pekak pada jantung

Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronchi dan terdengar bunyi S1,2

6.    Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, ada luka bekas operasi di perut bagian bawah,
tdk terdapat edema

Auskultasi : Terdengar bising usus 12x.

Perkusi   : Terdengar suara timpani

Palpasi   : ada nyeri tekan dan tidak teraba masa pada perut klien

7.    Ekstremitas
a) Atas :

Simetris, tdk ada edema, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada kemerahan pada tangan klien,.

b) Bawah :

Simetris, tdk ada odem , tugor kulit tidak elastis, tidak terdapat bekas luka pada kaki klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo matang.

8.     Genetalia

Terpasang Cateter, urine keluar dengan warna kuning pekat volume 450cc, tidak terdapat endapan maupun darah, posisi kateter benar/tanpa hambatan, kateter terpasang hari ke dua dan  area scrotum sebelah kanan memerah dan ada nyeri tekan pada area genetalia klien



5.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tanggal 10 januari 2015

No
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
1
Hemoglobin
10,8 gr/dl
12 – 14 gram/dl
2
Leukosit 
10.200/ul
5.000 – 10.000/ul
3
Hemetokrit
39%
37 – 43 %
4
Laju endap darah
25 mm/jam
0 – 15 mm/jam
5
Blooding time (BT)
 2 menit
1 – 3 menit
6
Clothing time (CT)
4 menit
2 – 6 menit
7
Golongan darah
AB

8
Trombosit
283.000/ul
15.000 – 50.000/ul
9
Eritrosit 
4,3 106 /ul
4,0 – 5,0 106 /ul
10
Eosinofil
1%
1 – 3%
11
Basofil
0%
0 – 3%
12
Batang 
1%
2 - 6%
13
Segment
80%
50 - 70%
14
Limfosit
14%
20 – 40%
15
Monosit
5%
2 - 8%

6.    Penatalaksanaan

Pada tanggal pengkajian tanggal 11 januari 2015, klien An. A mendapatkan terapi sebagai berikut:

No
Terapi
Dosisi
Rute/Cara
Efek
1
Cefotaxime Injeksi
300mg/8Jam
Intravena
Antibiotik
2
Cetrolac Injeksi
8mg/12Jam
Intravena
Analgetik
3
Paracetamol Syrup
3x 1Sendok takar
Oral
Antipiretik
4
Trijek Injeksi
1 ampul/8Jam
Intravena
Analgetik



B.            Analisa Data
Nama Pasien   : An A

Umur               : 7 th

No.Registrasi  : 8081



No
Data penunjang
Problem
Etiologi
1









DS :
Klien mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka operasi,
Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan bawah perut
S : nyeri skala : 6 (sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering muncul pada malam hari
DO :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·      Ekspresi wajah menyeringai.
·      Skala nyeri 6 (sedang)
·      Pasien tampak memegangi bagian perut dan tampak hati–hati dalam melakukan pergerakan.
·      Pada abdomen klien terdapat luka operasi pada kuadran abdomen bagian bawah (umbilicus), panjang luka kurang lebih 7cm terdapat jahitan simpul sebanyak 10 simpul, keadaan luka bersih tidak terdapat pus.
Gangguan Rasa Nyaman nyeri
Herniasi usus pada scrotum
Proses pembedahan/ mengembalikan herniasi keposisi semula
Terputusnya kontinuitas jaringan abdomen
Proses inflamasi
Peningkatan Nociceptor/ rangsang nyeri


Nyeri akut

2
DS :
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, tetapi tidak muntah
DO :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
BB : 15 kg
·      Tampak pucat
·      Mukosa bibir kering
·      Porsi makan tidak habis (7 sendok)
·      Anoreksia
·      Adanya mual & muntah
Nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh
Peningkatan tekanan abdomen

Peristaltic usus terganggu/ sumbatan saluran cerna

Regurgitasi isi usus

Kembung

Mual muntah

Anoreksia

Nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh
3
DS :
Klien mengatakan tdk bisa melakukan aktivitasnya secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya
DO :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·      Klien kehilangan tonus otot karena luka operasi
·      Mandi, mobilisasi dan eliminasi di bantu oleh keluarga
Intoleransi aktivitas
Cidera jaringan/ prosedur Infasive

Peningkatan rangsang nociceptor

Nyeri

Ketakutan bergerak

Malaise

Keterbatasan rentang gerak

Intolerasi aktivitas



C.           DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien   : An A

Umur               : 30 Th

No.Regristasi  : 8081

No
Tgl muncul
Diagnose keperawatan
Tgl teratasi
1

2

3
11 -1- 2015

11 -1- 2015

11 -1- 2015
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari pembedahan / trauma jaringan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
                                                       




D.           INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien   : An A

Umur               : 7 Th

No.Regristasi  : 8081



No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang/ hilang dg KH :
-       px mengungkapkan myeri berkurang
-       kx bebas dari rasa nyeri
-       Ekspresi wajah rileks dan santai
-       Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
-       Ttv dlm batas normal :
(80-120 mmhg)
1)        Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
2)        Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
3)        Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
4)        Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
5)        Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
6)        Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
1)        R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2)        R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya
3)        R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri
4)        R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga dapat mengurangi nyeri.
5)        R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6)        R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri
2
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi dengan KH :
·       Nafsu makan  meningkat
·       Porsi makan habis
·       BB Naik
1)   Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2)   Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3)   Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi   Nkarbohidrat.
4)   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
1)   R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2)   R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan
3)   R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4)   R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi  sesuai dengan kebutuhan pasien
3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Intoleransi aktifitas dapat teratasi dg KH :
·     Klien tidak lemah
·     Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
·     Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri
1)   Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
2)    Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.
3)   Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
4)   Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
5)   Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.
6)   Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.
7)   Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan

1)   Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2)   Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
3)   Rasional: Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4)   Rasional: Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan kemampuan klien.
5)   Rasional: Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
6)   Rasional: Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien
7)   Rasional: Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas




E.            IMPLEMENTASI

Nama Pasien   : An A

Umur               : 7 Th

No.Regristasi  : 8081

No Dx
Tgl
Jam
Implementasi
Respon klien
TTd
1
11 – 1 – 2015

07.30 WIB



07.45 WIB



08.00 WIB


08.30 WIB

11.00 WIB





·       Mengukur tanda–tanda vital,
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·       mengkaji skala dan kwalitas nyeri.



·       Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.

·       Menganjurkan pasien untuk nafas dalam untuk mengurangi nyeri
·       Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan :
-  Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam IV
-  Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
-  Paracetamol Syrup 3x1 sendok oral
-  Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
· Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv
· Px mengtakan nyeri sprt tertusuk benda tajam
· Px mengatakan nyaman berbaring
· Px kooperatif

· Px kooperatif



2
11 – 1 – 2015

07.30 WIB



07.50 WIB


08.15 WIB

08.40 WIB

11.00 WIB




·      Melakukan observasi TTV
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·      Memotivasi px untuk makan makanan sesuai dengan diet yg dianjurkan & suplemen makanan
·      Menganjurkan keluarga utk memberi makan sedikit tp sering
·      Menghidangkan makanan yg menarik perfhatian px
·      Melakukan kolaborasi dengan ahli gisi dalam pemberian
-  Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam IV
-  Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
-  Paracetamol Syrup 3x1 sendok oral
-  Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
·   Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv
·   Px kooperatif


·   Px kooperatif

·   Px kooperatif

·   Px kooperatif

3
11 – 1 – 2015

07.30 WIB




07.45 WIB


09.00 WIB


09.00 WIB

·      Melakukan observasi TTV
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC

·      Melihat kemampuan klien dalam meakukan aktivitasnya

·      Mengkaji kemampuan otot klien dengan cara menyuruh untuk bergerak
·      Memposisikan px senyaman mungkin sesuai kemampuan px
· Px kooperatif dan keluarga px menanyakan hasil ttv

· Px tampak mengerak2kan kakinya
· Px kooperatif


· Px nyaman berbaring




F.            EVALUASI

Nama Pasien   : An A

Umur               : 7 Th

No.Regristasi  : 8081

No
Tanggal
Evaluasi
1.


11 – 1 – 2015


S : Klien mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka operasi,
Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan bawah perut
S : nyeri skala : 6 (sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering muncul pada malam hari
O :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·      Ekspresi wajah menyeringai.
·      Skala nyeri 6 (sedang)
·      Pasien tampak memegangi bagian perut dan tampak hati–hati dalam melakukan pergerakan.
·      Pada abdomen klien terdapat luka operasi pada kuadran abdomen bagian bawah (umbilicus), panjang luka kurang lebih 7cm terdapat jahitan simpul sebanyak 10 simpul, keadaan luka bersih tidak terdapat pus
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4,5
2
11 – 1 – 2015

S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, tetapi tidak muntah
O :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
BB : 15 kg
·      Tampak pucat
·      Mukosa bibir kering
·      Porsi makan tidak habis (7 sendok)
·      Anoreksia
·      Adanya mual & muntah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4
3
11 – 1 – 2015

S : Klien mengatakan tdk bisa melakukan aktivitasnya secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya
O :
·      K/u : lemah
·      Kesadaran : composmentis
·      GCS : 456
·      Tanda–tanda vital:
N      : 90 x / menit
RR    : 26 x / menit
S       : 36,5 oC
·      Klien kehilangan tonus otot karena luka operasi
·      Mandi, mobilisasi dan eliminasi di bantu oleh keluarga
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3


BAB IV

PENUTUP



4.1         Kesimpulan

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (nettina, 2001 : 253).

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.

Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara manual, dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah, herniografi (bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen, hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

Komplikasi hernia adalah terjadi perlengketan antara isi hernia dan dinding kantung hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukkan kembali, terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyak unsur yang masuk.

4.2         Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.



DAFTAR PUSTAKA





Anonim A. (2011) Asuhan kepeperawatan Hernia Scrotalis Pada Pasien Pasca Operasi. Dikutip dari http://askep-kesehatan. Jurnal keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html. Diakses tanggal 12 Juli 2011

Biggs WS, Dery WH. (2008) Evaluation and Treatment of Constipation in Infants and Children. http://www.aafp.org/afp/20060201/469.html. Di akses tanggal 22 Juli 2011.

Carpenito L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.

Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien (terjemahan) Edisi 3, EGC. Jakarta.

Gaffar. L. Oj. (1999) Pengantar Keperawatan Profesional. EGC. Jakarta

Kozier & Erb. (2004) Hernia Scrotalis Post Surgery Management dan Wounds. Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall. Available from http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/april 2009. Di akses tanggal 22 Juli 2011.


SHARE

Author: verified_user

3 comments: