Friday, November 3, 2017

Proposal Sentralisasi Obat Managemen Keperawatan

SHARE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
  Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi (pengobatan) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Irna 2 dilaksanakan pada obat injeksi  yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat dan diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral diberikan kepada pasien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan cara pemberiaannya. Resep dari dokter diberikan keluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. Karena hal tersebut diatas, kelompok 2 berencana akan mensosialikan dan melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
    Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi keperawatan di Ruang Soka RSUD Nganjuk, kami akan melaksanakan sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu meningkatkan pemahaman perawat Ruang Soka RSUD Nganjuk dan mahasiswa dalam menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan  prinsip 6 T dan 1 W ( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat) serta mendokumentasikan hasil pengelolaan.
b. Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat Ruang Soka RSUD Nganjuk dan mahasiswa dalam mengelola sentralisasi obat
c. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruang Soka RSUD Nganjuk dalam penggunaan obat sesuai dengan program terapi..
d. Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang diberikan.
e. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
1.3.2 Bagi perawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
1.3.3 Bagi institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya model asuhan keperawatan professional

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat ( Nursalam, 2007 )
2.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah  beberapa alasan yang paling sering mengapa obat  perlu disentralisasi.
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
c. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “ hanya untuk mencoba “.
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk minum.
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah batas kadarluarsa.
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
i. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Mc Mahon, 2007 ) 
2.3 Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi )
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang di berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat (Nursalam,2007). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002). Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut : Prinsip Enam Benar.
a) Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c) Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi harus tetap hati-hati dan teliti.
d) Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan : peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
1) Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2) Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3) Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4) Rektal
 Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
5) Inhalasi
 Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e) Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
f) Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
c. Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah diambi;l oleh keluargadiserahkan kepada perawat dengan menerima lembar terima obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan sediaan  ( bila perlu ) dalam kartu control, dan diketahui ( ditandatangani ) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T ( jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan  salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak obat ( Nusalam 2007 )
d. Pembagaian obat 
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar penmberian obat. 
2) Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,  jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau  wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efeksamping pada psie.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat – obatan yang hamper habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep ( jika masih perlu dilanjutkan ) kepada dokter penanggung jawab pasien ( Nurussalam, 2007 )
e. Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin ( sewaktu saja ) maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat ( Nursalam, 2007 )
f. Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek sampingyang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu / sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah pemberian,. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat ( Nursalam, 2007) 
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara – cara berikut ini:
a) Membuat catatan mengenai obat – obatan Yang sering dipakai, jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf:
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan didinding 
c) Berikan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat;
d) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf:
e) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana diperpustakaan ( Mc Mahon, 1999 ) 
g. Mendidik Pasien Tentang Obat
Kadang-kadang pasien meminum obat degan carayang salah,baik dengan mengurangi dosis agar pengobatannya lebih lama atau menembahnya dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka minum obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya. Pasien yang mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti meminum obatnya terlalu dini. Hal ini tejadi karena pasien tidak mengerti akan kerja obat dalam tubuh. Akibatnya, mereka kadang-kadang tidak sembuh dan obat terbuang percuma.
Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan pada pasien bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan cara sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara tertentu. Dengan demikian pasien akan belajar bahwa:
a. Masing-masing obat mempunyai cara kerja tersendiri. Obat yang dapat dipakai pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain. 
b. Besarnya dosis sangat penting,bila terlalu sedikit cara kerjanya terlalu lemah untuk memperbaiki keadaan, dan bila terlalu kuat dapat meracuni pasien. Dosis untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis untuk dewasa. 
c. Pengobatan harus teratur untuk menjamain bahwa kadar obat yang diinginkan dalam tubuh tercapai. 
d. Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap, bila tidak pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih parah daripada sebelumnya. 
e. Obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, yang mungkin memakannya karena mirip gula-gula dan dapat meracuni mereka. 
h. Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam,2002) 
Keterangan :              Garis Kombinasi
                     Garis Komando
2.4 Peran
2.4.1 Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2.4.2 Katim
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
2.4.3 Anggota Tim
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien dirawat.

Untuk selebihnya bisa anda contoh PROPOSAL SENTRALISASI OBAT MANAGEMEN KEPERAWATAN dibawah ini, jika ingin mendownload file document silahkan berkomentar dengan mengirim email untuk mendapatkan hak akses download.
Cover by Feriayu ve on Scribd



terima kasih sudah membaca artikel yang sudah saya siapkan.
SHARE

Author: verified_user

1 comment: