Saturday, November 1, 2014

Askep Struma

SHARE


LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA di RUANG ‘KARTINI’
RS DR. SARDJITO - JOGJAKARTA














Nama : Feriayu Vitaria
NIM : 201314401011


AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III
KAMPUS TERPADU SAKINAH
Jalan Raya Surabaya – Malang KM 42 Kepulungan
Gempol-Pasuruan
Tahun Ajaran 2014/2015


LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA

A.           Konsep Medis
1.             Pengertian.
Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto, Ilmu Penyakit Dalam, 1993).
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.
Struma Nodosa Non Toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara teknik teraba suatu nodul tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, halaman 757 FKUI, 1987)

2.             Etiologi.
Penyebab Struma antara lain :
a.    Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b.    Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
a)        Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,kacang kedelai).
b)        Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
c.    Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.

3.             Tanda Dan Gejala
Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Peningkatan simaptis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

4.             Manifestasi  Klinis.
a.         Pemebengkakan secara berlebihan pada leher.
b.        Batuk kaena pipa udara (tractea) terdesak kesisi lain.
c.         Kesulitan menelan (nyeri saat menelan).
d.        Kesulitan dalam bernafas dan suara bising pada waktu bernafas.
e.         Suara parau karena tekanan pada saraf suara (Jhon Of  Knight. 1993, Wanita Ciptaan Ajaib, halaman 360 percetakan Advent Indonesia, Bandung).





5.             Patofisiologi.
Defisiensi iodium
Tiroiditis hasimoto’s
Penyakit Graves
Tiroiditis
Multinodular Gondok
Kondisi autoimun
Menghasilkan TSI
Peradangan
Banyak nodul

Kerusakan kel.Tiroid
Merangsang kel.Tiroid
Hiperplasi sel
Inflamasi
Produksi Hormon menurun
Hormon meningkat

Metastasis

Hipotiroid
hipertiroid

Nodul berkembang

Sinyal ke TSH


Pembesaran kel.Tiroid

TSH meningkat








Hiperplasi kel.Tiroid


GOITER

Menekan esophagus
Menekan trakea
Pembesaran tampak diluar

Disfagia
Sesak, kesulitan bernafas
Mengganggu penampilan

Nutrisi kurang dr kebutuhan
Pola nafas tdk efektif
Gangguan citra tubuh




6.             Klasifikasi Struma
1.      Berdasarkan fisiologisnya :
a.         Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
b.        Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c.         Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan
2.      Berdasarkan klinisnya :
a.    Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
     ·      Difusa    :  endemik goiter, gravida
     ·      Nodusa   :  neoplasma
b.    Toksik (hipertiroid)
     ·      Difusa      :  grave, tirotoksikosis primer
     ·      Nodusa  :  tirotoksikosis skunder  
3.      Berdasarkan morfologinya :
a.    Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang terbatas.  Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau kelenjar akan menjadi fase istirahat.
b.    Struma Colloides Diffusa
Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar.
c.    Struma Nodular
Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-masing periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi, daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.

7.             Pemeriksaan Diagnostik.
a.    Pemeriksaan sidik tiroid.
Berfungsi untuk melihat teraan ukuran, bentuk lokal dan yang  bermasalah. Fungsi bagian-bagian tiroid.
b.    Pemeriksaan Ultrasonografi.
Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan  konsistensinya.
c.    Biopsi Aspirasi Jarum halus.
d.   Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan  pengukuran suhu kulit pada suatu tempat.
e.    Penanda tumor berfungsi untuk mengukur peninggian tiroglobulin kadar tg serum normal antara 1,5-30 nymle.
f.     X Ray (foto leher).

8.             Penatalaksanaan Medik.
a.    Konservatif/medikamentosa
1.      Indikasi :
·            Usia tua
·            Pasien sangat awal
·            Rekurensi pasca bedah
·            Pada persiapan operasi
·            Struma residif
·            Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
2.      Struma non toksik  :  iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
3.      Struma toksik   :
·            Bed rest
·            PTU 100-200 mg  (propilthiouracil)
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.

·            Lugol 5 – 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
·            Iodium (I131)
b.    Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
c.    Operatif
a.    Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b.    Lobectomy,  mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c.    Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d.   Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.
e.    Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan sebaliknya.
f.     RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.

B.            Konsep Asuhan Keperawatan
1.             PENGKAJIAN
a.    Anamnese
1.    Identifikasi klien.
2.    Keluhan utama klien.
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit dahulu
5.    Riwayat kesehatan keluarga
6.    Riwayat psikososial
b.   Pemeriksaan fisik
1.        Keadaan umum
2.        Kepala dan leher
3.        Sistim pernafasan
4.        Sistim Neurologi
5.        Sistim gastrointestinal
6.        Aktivitas/istirahat
7.        Eliminasi
8.        Integritas ego
9.        Makanan/cairan
10.    Seksualitas
c.    Pemeriksaan penunjang
1.    Pemeriksaan penunjang
o   Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
o   Kadar T3, T4
     Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
o   Darah rutin
o   Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –10s/d +15
o   Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
2.    Pemeriksaan radiologis
o   Dilakukan foto thorak posterior anterior
o   Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig
o   Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

2.             DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi trakheofaringeal yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
2.    Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
3.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.

3.             INTERVENSI
1.    Melakukan BHSP
R/menjalin hubungan saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga pasien
2.    Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
R/agar pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita
3.    Atur posisi semifowler
R/memberikan posisi kenyamanan
4.    Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas
R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan
5.    Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif
R/nafas dalam akan menfasilitasi pengembangan maksimum paru-paru/saluran udara kecil
6.    Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis
R/Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring
7.    Melakukan suction atas indikasi
R/menstimulasi batuk/pemberian saluran nafas secara mekanis
8.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan dan terapi
R/untuk mempercepat proses penyembuhan px

Daftar Pustaka

Carpenito L Y, 2001, Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi 8, EGC : Jakarta
Doengoes, dkk, 2000, Nursing Care Plans : Guideline For Planning And Dokumentating Care. EGC : Jakarta.
Hidayat, Syamat, dkk, 1997. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN STRUMA

A.           DATA PENGKAJIAN
1.    Biodata
a)    Identitas klien
Nama                             : Ny “M”
Usia                               : 43 tahun
Jenis Kelamin                : Perempuan
Agama                           : Islam
Pendidikan                    : SMP
Pekerjaan                       : Pedagang
Suku/Kebangsaan          : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS                : 10 agustus 2010
Jam MRS                       : 09.00 WIB
Tgl pengkajian               : 11 agustus 2010
Jam pengkajian              : 07.00 WIB
Alamat                           : Cokrokusuma Baru Yogyakarta
Dx medis                       : Struma
b)   Identitas Penanggung Jawab
Nama                             : Tn “A”
Usia                               : 45 tahun
Pekerjaan                       : Pedagang
Alamat                           : Cokrokusuman Baru Yogyakarta
Hubungan dengan px    : Suami Klien
2.    Riwayat kesehatan
a)        Keluhan Utama
Klien mengatakan sulit bernapas dan menelan, dan suaranya serak
b)        Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sulit bernapas dan menelan, dan suaranya serak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit, kemudian di bawa ke RS Dr. Sardjito dan setelah diperiksa ternyata di diagnosa struma

c)        Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit maag dan stroke. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, DM, hepatitis dan asma.
d)       Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serupa dengan klien. Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit asma, jantung, gagal ginjal, paru, stroke, serta gagal ginjal .
3.    Pola Kebiasaan Klien
a). Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 kali per hari dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk dengan porsi sedang setengah piring . Klien mengatakan tidak ada pantangan untuk makan segala macam buah. Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk menelan. Minum 1600cc per hari, air putih kadang susu
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit, dan mengalami kesulitan menelan bila makan makanan yang keras ,minum 1600cc per hari. Klien mengatakan tiak ada perubahan pada pola minum klien
b). Pola Eliminasi :
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 kali sehari sebanyak 300cc dengan konsistensi lembek dan berwarna coklat. Klien mengatakan BAK 900cc per hari dengan warna kuning dan berbau amoniak. Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk BAB maupun BAK
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit tidak ada perubahan pada pola BAB dan BAK. Setiap sehari sekali klien BAB sebanyak 300cc dan BAK sehari 900cc-1050cc. Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk BAB maupun BAK.
c).  Pola Istirahat dan tidur:
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan dengan tidurnya ± 6 jam/hari
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit tidur malam 4-5 jam. Karenya nyeri pada tenggorokan
d).  Pola Aktivitas dan Latihan :
Sebelum sakit : klien mengatakan dapat melakukan semua aktivitas sendiri dengan normal tanpa bantuan orang lain
Selama sakit : Klien mengatakan hanya saja klien mengurangi aktivitas yang dirasa klien memberatkan dan membuat klien lelah, karena selama sakit klien menjadi mudak kecapean.
e).  Pola Kebersihan Diri  :
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 3x sehari. gosok gigi 3x sehari tanpa bantuan orang lain
Selama sakit : hanya di seka pagi dan sore oleh keluarganya
f).   Pengkajian psiko-sosial-spiritual :
Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan anak, suaminya dan keluarga baik dan jika ada masalah, klien bercerita pada suaminya. Klien sangat kooperatif dengan perawat yang ada di Poliklinik Penyakit Dalam RS Dr. Sarjito.

4.    Pemeriksaan Fisik

1.    Keadaan Umum : cukup
Kesadaran          : Compos mentis
GCS                   : 456
Tanda-Tanda Vital :
N            : 94 x/ menit
TD         : 120/70 mmHg
R            : 24 x/ menit
S            : 36,8 ºC
2.    Kepala
Bentuk kepala : simetris
Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek cahaya mata kanan dan kiri positif dan terdapat lingkar hitam disekitar mata.
Hidung : tidak terdapat secret, fungsi pembauan baik
Mulut : membran mukosa kering, mulut tampak bersih, gigi lengkap tampak sedikit kuning
3.    Leher
Pada leher ada nyeri tekan dan ada pembesaran kelenjar tiroid. Perbesaran kelenjar tiroid dengan diameter 2 cm. Struma klien pada kalasifikasi Grade 1 dimana teraba dan terlihat saat kepala ditengadahkan.
4.    Kulit
Kulit klien kering, tidak pucat, tidak ada kemerahan. Turgor kulit elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang. Kulit klien teraba teraba hangat.
5.    Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,tidak ada benjolan permukaan dada rata, kulit dada berwarna coklat.
Palpasi   : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien dan tidak terdapat benjolan.
Perkusi   : Terdengar suara redup di interkosta 5
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronchi dan terdengar bunyi S1,2
6.    Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada abdomen klien
Auskultasi : Terdengar bising usus 20x/mnt di kanan atas.
Perkusi   : Terdengar suara timpani di kuadran kiri atas. Terdengar suara redup pada kuadran kanan dan kiri bawah
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa. pada perut klien
7.    Ekstremitas
a) Atas :
Simetris, tidak ada edema, turgor kulit elastis, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada kemerahan pada tangan klien.
b) Bawah :
Simetris, tidak terdapat edema pada kaki klien , tugor kulit elastis, tidak terdapat bekas luka pada kaki klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo matang.

5.    Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tanggal 10 Agustus 2010
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. T3 1.03 0.15-1.65
2. T4 87.8 45-120
3. h-TSH 0.145 0.47-5.01
4. f T4 12.3 7.1-18.5

6.    Penatalaksanaan
1. Sohobion 1x1 gr
2. Propanol 1x10 gr
3. PTU 1x100 gr


B.            Analisa Data
Nama Pasien   : Ny M
Umur               : 43 th
No.Registrasi  : 8081

No
Data penunjang
problem
etiologi
1









DS:
-          Pasien mengeluh sulit bernapas dan menelan dan suaranya serak

DO:
Kesadaran :  composmentis
K/u : cukup
GCS : 456
Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.
-          TTV:
N         : 94 x/ menit
TD       : 120/70 mmHg
R         : 24 x/ menit
S          : 36,8 ºC
-          Pasien terlihat  menggunakan alat bantu nafas: cuping hidung
-          Pemeriksaan lab:
1. T3 1.03 0.15-1.65
2. T4 87.8 45-120
3. h-TSH 0.145 0.47-5.01
4. f T4 12.3 7.1-18.5
-          Stridor
Ketidak efektifan pola nafas
Adanya obstruksi trakkeofaringeal

C.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien   : Ny M
Umur               : 43 Th
No.Regristasi  : 8081
No
Tgl muncul
Diagnose keperawatan
Tgl teratasi
1
10 -8- 2010
Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya obstruksi trakkeofaringeal


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien   : Ny M
Umur               : 43 Th
No.Regristasi  : 8081

No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan pola nafas pasien efektif:
RR= 16-20x/ menit Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas Ekspansi dada simetris Tidak ada penggunaan otot bantu nafas





1.     Melekukan BHSP
2.     Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
3.     Atur posisi semifowler
4.     Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas
5.     Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif
6.     Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis
7.     Melakukan suction atas indikasi
8.     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan dan terapi
1.    R/menjalin hubungan saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga pasien
2.    R/agar pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita
3.    R/memberikan posisi kenyamanan
4.    R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan
5.    R/nafas dalam akan menfasilitasi pengembangan maksimum paru-paru/saluran udara kecil
6.    R/Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring
7.    R/menstimulasi batuk/pemberian saluran nafas secara mekanis
8.    R/untuk mempercepat proses penyembuhan px

IMPLEMENTASI

No Dx
Tgl
Jam
Implementasi
Respon klien
TTd
1
11 – 8 – 2010

07.30 WIB


07.45 WIB

08.00 WIB

08.30 WIB




11.00 WIB

11.30 WIB

12.00 WIB

12.15 WIB

13.30 WIB

Melakukan BHSP dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
Mengatur posisi px semifowler

Mengobservasi TTV:
N         : 94 x/ menit
TD       : 120/70 mmHg
R         : 24 x/ menit
S          : 36,8 ºC
Memonitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas
Menbantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif
Mengobservasi kemungkinan adanya stridor, sianosis
Melakukan suction

Melakukan Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan dan terapi
1. Sohobion 1x1 gr
2. Propanol 1x10 gr
3. PTU 1x100 gr



 EVALUASI
Nama Pasien   : Ny M
Umur               : 43 Th
No.Regristasi  : 8081
No
Tanggal
Evaluasi
1.


11 – 8 – 2010


S :Klien mengatakan sulit bernapas dan menelan, dan suaranya serak
O : Kesadaran :  composmentis
K/u : cukup
GCS : 456
Pemeriksaan fisik pada leher bawah kanan ditemukan adanya pembengkakan (massa) lebih dari satu.
TTV:
N   : 94 x/ menit
TD : 120/70 mmHg
R   : 24 x/ menit
S    : 36,8 ºC
-          Pasien terlihat  menggunakan alat bantu nafas: cuping hidung
-          Pemeriksaan lab:
1. T3 1.03 0.15-1.65
2. T4 87.8 45-120
3. h-TSH 0.145 0.47-5.01
4. f T4 12.3 7.1-18.5
-          Stridor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 4,5,6,7,8
2
12 – 8 – 2010

S :Klien mengatakan kesulitan bernafas dan menelannya suda berkurang
O : Kesadaran :  composmentis
K/u : baik
GCS : 456
TTV:
N   : 92 x/ menit
TD : 120/80 mmHg
R   : 24 x/ menit
S    : 36,5 ºC
-          Pemeriksaan lab:
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 4,5,6,7,8

SHARE

Author: verified_user

0 comments: