Monday, December 8, 2014

Askep Glumerulonefritis

SHARE

LAPORAN PENDAHULUAN
GLUMERULONEFITIS di RUANG ‘MAWAR’
RS SAIFUL ANWAR - MALANG












Nama : Feriayu Vitaria
NIM : 201314401011


AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III
KAMPUS TERPADU SAKINAH
Jalan Raya Surabaya – Malang KM 42 Kepulungan
Gempol-Pasuruan
Tahun Ajaran 2014/2015


LAPORAN PENDAHULUAN GLOMERULONEFRITIS


A.           KONSEP MEDIS
1.             Pengertian Glomerulonefritis (GNA)
Glomerulonefritis adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh adanya antibodi dan kompleks imun. Glomerulonefritis dapat bersifat idiopatik tetapi pada banyak kasus disertai dengan keadaan lain seperti infeksi streptokokus dan sistemik lupus eritematosus.(Kamus saku Keperawatan edisi 31,Chistine Brooker).
Glomerulonefritis merupakan radang ginjal yang  terutama beradasarkan atas radang lengkung kapiler dalam glemorulus.(Kamus Kedokteran,dr.Hendra T.Laksman dkk.1997)
Glomerulusnefritis akut adalah merujuk pada kelompok penyakit ginjal,di mana terjadi reaksi peradangan di glomerulus. Glomerulusnefritis bukanlah merupakan penyakit infeksi pada ginjal,tetapi gangguan akibat mekanisme tubuh terhadap system imun(DR.Nursalam,2008)
            Jadi dapat disimpulkan Glomerulonefritis akut (GNA) adalah penyakit yang menyerang Glomerulus dari kedua ginjal sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri atau virus tertentu.

2.             Etiologi
Berbagai penyakit dapat menyebabkan GNA mulai dari infeksi hingga penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh, terkadang penyebabnya tidak diketahui. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan GNA adalah :
a.              Infeksi
Glomerulonefritis akut post streptococcus. GNA dapat muncul beberapa satu atau dua minggu setelah sembuh dari infeksi tenggorokan atau infeksi kulit. Kelebihan antibody yang dirangsang oleh infeksi akhirnya menetap di glomerulus dan menyebabkan peradangan.
Gejalanya meliputi pembengkakan,pengeluaran, urin sedikit dan masuknya darah dalam urin. Anak-anak lebih mungkin terserang GNA post streptococcus daripada orang dewasa.
Bakteri endokarditis. Bakteri ini bisa menyebar melalui aliran darah dan menetap dihati, penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki cacat jantung. Bakteri endokarditis berkaitan dengan penyakit glomerulus, tetapi hubungan yang jelas antara keduanya masih belum ditemukan.

Infeksi virus. Infeksi virus yang dapat menyebabkan GNA adalah infeksi HIV dan virus penyebab hepatitis B dan hepatitis C.
b.             Penyakit system kekebalan tubuh
1.    Lupus
Lupus yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada banyak bagian tubuh, termasuk kulit, persendian, ginjal, sel darah, jantung dan paru-paru.
2.    Sindrom Goodpastur
Adalah gangguan imunologi pada paru-paru yang jarang dijumpai. Sindrom Goodpastur menyebabkan perdarahan pada paru-paru dan glomerulus.
3.    Vaskulitis
Adalah gangguan yang ditandai oleh kerusakan pembuluh darah karena peradangan, pembuluh darah arteri dan vena. Jenis-jenis vaskulitis yang menyebabkan  glomerulonefritis antara lain:
-       Polyarteritis : vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan menengah yang menyerang dibeberapa bagian tubuih seperti ginjal, hati dan usus.
-       Grabulomatosis Wegener : vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan menengah pada pru-paru, saluran udara pada bagian atas dan ginjal.
c.              Kondisi yang cenderung menyebabkan luka pada glomerulus
1.        Tekanan darah tinggi
Kerusakan ginjal dan kemampuannya dalam melakukan fungsi normal dapat berkurang akibat tekanan darah tinggi. Sebaliknya Glomerulonefritis juga menyebabkan tekanan darah tinggi karena mengurangi fungsi ginjal.
2.        Penyakit diabetes ginjal
Penyakit diabetes ginjal dapat mempengaruhi penderita diabetes. Nefropati diabetes biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa muncul. Pengaturan kadar gula darah dan tekan darah dapat mencegah atau memperlambat tekanan ginjal.

3.             Manifestasi Klinis
1.      Sakit kepala
2.       Malaise
3.      Edema
4.      Proteinuria
5.      Hematuria
6.       Oliguria
7.       Anoreksia
8.      Kadang-kadang demam
9.      Mual & Muntah
10.  Hipertensi
11.  Nyeri punggung

4.             PATHWAY



 





5.             Klasifikasi
1.    Congenital (herediter)
a)        Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport.Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
b)        Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
2.    Glomerulonefritis Primer
a)        Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA.
b)        Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik.Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun.Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.
c)        Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik.Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi.Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
3.    Glomerulonefritis sekunder
Glomerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.

6.             Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan urine : adanya proteinuria (+1 sampai +4), kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++), albumin (+), silinder lekosit (+) dan lain-lain. Analisa urine adanya strptococus
2.       Pemeriksaan darah :
-       kadar ureum dan kreatinin serum meningkat.
-       jumlah elektrolit : hiperkalemia, hiperfosfatem dan hipokalsemia.
-       analisa gas darah ; adanya asidosis.
-       Komplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan C3 rendah.
-       kadar albumin, darah lengkap (Hb,leukosit,trombosit dan erytrosit)adanya anemia
3.      Pemeriksaan Kultur tenggorok : menentukan jenis mikroba adanya streptokokus
4.      Pemeriksaan serologis : antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase \
5.      Pemeriksaan imunologi : IgG, IgM dan C3.kompleks imun
6.      Pemeriksaan radiologi : foto thorak adanya gambaran edema paru  atau payah jantung
7.      ECG : adanya gambaran gangguan jantung

7.             Penatalaksanaan
a.    Medis
1.    Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
2.    Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.
3.    Pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus
4.    Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.
b.   Keperawatan
1.    Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
2.    Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
3.    Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan
4.    Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

8.             Komplikasi
1.    Oliguria sampai anuria
Dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerolus.
2.    Ensefalopati hipertensi
merupakan gejala serebrum karena hipertensi seperti gangguan penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.    Anemia
Dapat terjadi akibat pengeluaran eritrosit melalui urin terus menerus.
4.    Gagal ginjal
GNA peradangan pada glomerulus apabila hal tersebut terjadi terus menerus dan tidak di tangani maka fungsi ginjal menurun untuk mengimbangi fungsinya maka ginjal tesebut akan lebih kerja dari batas kemmpuan ginjal









A.           Konsep Asuhan Keperawatan

1.             PENGKAJIAN
a.    Anamnese
1.    Identifikasi klien.
2.    Keluhan utama klien.
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit dahulu
5.    Riwayat kesehatan keluarga
6.    Riwayat psikososial
b.   Pemeriksaan fisik
1.        Keadaan umum
2.        Kepala dan leher
3.        Sistim pernafasan
4.        Sistim Neurologi
5.        Sistim gastrointestinal
6.        Aktivitas/istirahat
7.        Eliminasi
8.        Integritas ego
9.        Makanan/cairan
10.    Seksualitas
c.    Pemeriksaan penunjang
d.   Penatalaksanaan
e.    Analisa data

2.             DIAGNOSA KEPERAWATAN
1          Resiko kelebihan  volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
2          Potensial gangguan perfusi jaringan:  serebral/kardiopulmonal berhubungan dengan resiko krisis hipertensi.
3          Perubahan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler  dan edema.



3.             INTERVENSI
1          Melekukan BHSP
R/menjalin hubungan saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga pasien
2          Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
R/agar pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita
3          Ukur dan catat intake dan output setiap 4-8 jam, Catat  jumlah dan karakteristik urine
R/Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan
4          Ukur berat jenis urine tiap  jam  dan timbang BB tiap hari
R/ Jumlah , karakteristik  urin  dan BB dapat menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan
5          Pantau elektrolit tubuh  dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
R/ Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan menentukan tindakan penanganan yang tepat
6          Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian twerapi dan pembatasan diet natrium dan protein
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan px

















DARTAR PUSTAKA































ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GLOMERULONEFRITIS
DI RS SAIFUL ANWAR MALANG


A.           DATA PENGKAJIAN
1.    Biodata
a)    Identitas klien
Nama                             : Ny “A”
Usia                               : 30 tahun
Jenis Kelamin                : Perempuan
Agama                           : Islam
Pendidikan                    : SMP
Pekerjaan                       : Swasta
Suku/Kebangsaan          : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS                : 10 agustus 2014
Jam MRS                       : 09.00 WIB
Tgl pengkajian               : 11 agustus 2010
Jam pengkajian              : 07.00 WIB
Alamat                           : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis                       :
Glomerulonefritis
b)   Identitas Penanggung Jawab
Nama                             : Tn “S”
Usia                               : 35 tahun
Pekerjaan                       : Swasta
Alamat                           : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px    : Suami Klien
2.    Riwayat kesehatan
a)        Keluhan Utama
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah.
b)        Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah ± 3hari sebelum dibawa ke rumah sakit
c)        Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.
d)       Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serupa dengan klien. Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit asma, jantung, gagal ginjal, paru, stroke,
3.    Pola Kebiasaan Klien
a)        Pola nutrisi  dan metabolic :
Sebelum MRS : makan dan minum normal sesuai dengan porsi
Setelah MRS   : terjadi peningkatan BB karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh, mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan 
b)        Pola eliminasi :
Sebelum MRS : Tidak ada masalah dengan BAB dan BAK
Setelah MRS   : Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin  : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi  dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuria.
c)        Pola Aktifitas dan latihan :
Sebelum MRS : dapat melakukan semuai aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain
Setelah MRS   : hanya bisa istirahat dan melakukan aktivitasnya di bantu oleh keluarga karena kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hyperkalemia
d)       Pola  tidur dan istirahat :
Sebelum MRS : klien tidur ± 6-7 jam / hari dengan nyenyak
Setelah MRS   : Klien tidur ± 4-5 jam dan tidak dapat tidur terlentang karena uremia. kelemahan otot dan kehilangan tonus
e)        Persepsi diri :
Klien  cemas  dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan  perawatan yang  lama.
f)         Nilai keyakinan : Klien berdoa memohon kesembuhan  sebelum tidur.


4.    Pemeriksaan Fisik
1.    Keadaan Umum : lemah
Kesadaran          : Compos mentis
GCS                   : 456
Tanda-Tanda Vital :
N            : 90 x/ menit
TD         : 130/80 mmHg
R            : 24 x/ menit
S            : 36,8 ºC
2.    Kepala
Bentuk kepala : simetris
Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, edema sekitar mata.
Hidung : tidak terdapat secret, fungsi pembauan baik
Mulut : membran mukosa kering,
3.    Leher
Pada leher tidak ada nyeri tekan dan ada pembesaran kelenjar tiroid.
4.    Kulit
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.
5.    Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.
Palpasi   : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien dan tidak terdapat benjolan.
Perkusi   : Terdengar suara redup di interkosta 5
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronchi dan terdengar bunyi S1,2
6.    Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, tidak ada lesi, terdapat edema
Auskultasi : Terdengar bising usus.
Perkusi   : Terdengar suara timpani
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa pada perut klien
7.    Ekstremitas
a) Atas :
Simetris, adanya edema, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada kemerahan pada tangan klien.
b) Bawah :
Simetris, terdapat edema pada kaki klien , tugor kulit tidak elastis, tidak terdapat bekas luka pada kaki klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo matang.

5.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 11 Agustus 2014
-       Hb menurun ( 8-11 )
-       Ureum dan serum kreatinin meningkat.
-       ( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
-       Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
-       Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit Å, leukosit Å)
-       Pemeriksaan darah
-       LED meningkat.
-       Kadar HB menurun.
-       Albumin serum menurun (++).
-       Ureum & kreatinin meningkat.
-       Titer anti streptolisin meningkat.

6.    Penatalaksanaan
1      amoksislin 50 mg
2      furosemid 1 mg
3      Inf RL 20 Tpm










B.            Analisa Data
Nama Pasien   : Ny A
Umur               : 30 th
No.Registrasi  : 8081

No
Data penunjang
problem
Etiologi
1









DS:
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah
DO:
Kesadaran :  composmentis
K/u : lemah
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N         : 90 x/ menit
TD       : 130/80 mmHg
R         : 24 x/ menit
S          : 36,8 ºC
-    Adanya edema
-    Urin berwarna merah
-    Mual muntah
-    Hb menurun
-    Ureum dan serum kreatinin meningkat
Resiko kelebihan, volume cairan berhubungan dengan retansi natrium dan air serta disfungsi ginjal.






Infeksi streptococcus   β hemoliticus groupA
Terbentuknya komplek antigen anti body
antigen melekat pada membran basalis glomerulus

Merusak glomerulus

Gangguan filtrasi

albumin ikut dalam urine

albumin dalam darah turun

nadi retensi natrium & cairan  dalam interstitiil
Edema

Resiko kelebihan, volume cairan berhubungan dengan retansi natrium dan air serta disfungsi ginjal


C.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien   : Ny A
Umur               : 30 Th
No.Regristasi  : 8081
No
Tgl muncul
Diagnose keperawatan
Tgl teratasi
1
11 -8- 2014
Resiko kelebihan, volume cairan berhubungan dengan retansi natrium dan air serta disfungsi ginjal.



D.           INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien   : Ny A
Umur               : 30 Th
No.Regristasi  : 8081

No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan cairan dan elektrolit dapat seimbang
KH :
-     Intake dan output dalam keadaan seimbang
-     Warna urin kembali normal
-     TTV dalam rentang normal 80-120mmhg
1.     Melekukan BHSP
2.     Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
3.     Ukur dan catat intake dan output setiap 4-8 jam, Catat  jumlah dan karakteristik urine
4.     Ukur berat jenis urine tiap  jam  dan timbang BB tiap hari
5.     Pantau elektrolit tubuh  dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
6.     Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian twerapi dan pembatasan diet natrium dan protein
1.     R/menjalin hubungan saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga pasien
2.     R/agar pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita
3.     Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan
4.     Jumlah , karakteristik  urin  dan BB dapat menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan
5.     Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan menentukan tindakan penanganan yang tepat
6.     untuk mempercepat proses penyembuhan px



E.            IMPLEMENTASI

No Dx
Tgl
Jam
Implementasi
Respon klien
TTd
1
11 – 8 – 2014

07.30 WIB


07.45 WIB

08.00 WIB


08.30 WIB
11.00 WIB




11.30 WIB

12.00 WIB


Melakukan BHSP dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tentang penyebab penyakit pada pasien
Mencatat jumlah cairan yang masuk dan keluar pada pasien, dan memeriksa warna urin
Menimbang BB pasien
Mengobservasi TTV:
N         : 90 x/ menit
TD       : 130/80 mmHg
R         : 24 x/ menit
S          : 36,8 ºC
Memberikan es batu untuk mengontrol haus
Melakukan Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan dan terapi
1       amoksislin 50 mg
2       furosemid 1 mg
3       Inf RL 20 Tpm
Px kooperatif


Px kooperatif

Px kooperatif


Px kooperatif
Px kooperatif




Px kooperatif

Px kooperatif





F.             EVALUASI
Nama Pasien   : Ny A
Umur               : 30 Th
No.Regristasi  : 8081
No
Tanggal
Evaluasi
1.


11 – 8 – 2014


S : Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah
O : Kesadaran :  composmentis
K/u : lemah
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N   : 90 x/ menit
TD : 130/80 mmHg
R   : 24 x/ menit
S    : 36,8 ºC
-         Adanya edema
-         Urin berwarna merah
-         Mual muntah
-         Hb menurun
-          Ureum dan serum kreatinin meningkat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6
2
12 – 8 – 2012

S :Klien mengatakan warna urin sudah kembali normal, edem seluruh tubuh sudah berkurang dan tidak ada mual muntah
O : Kesadaran :  composmentis
K/u : cukup
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N   : 90 x/ menit
TD : 120/80 mmHg
R   : 22 x/ menit
S    : 36,5 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6


SHARE

Author: verified_user

0 comments: