LAPORAN
PENDAHULUAN
GLUMERULONEFITIS
di RUANG ‘MAWAR’
RS SAIFUL
ANWAR - MALANG
Nama : Feriayu Vitaria
NIM : 201314401011
AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III
KAMPUS TERPADU SAKINAH
Jalan
Raya Surabaya – Malang KM 42 Kepulungan
Gempol-Pasuruan
Tahun
Ajaran 2014/2015
LAPORAN
PENDAHULUAN GLOMERULONEFRITIS
A.
KONSEP MEDIS
1.
Pengertian Glomerulonefritis (GNA)
Glomerulonefritis
adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh adanya antibodi dan kompleks imun.
Glomerulonefritis dapat bersifat idiopatik tetapi pada banyak kasus disertai
dengan keadaan lain seperti infeksi streptokokus dan sistemik lupus
eritematosus.(Kamus saku Keperawatan edisi 31,Chistine Brooker).
Glomerulonefritis
merupakan radang ginjal yang terutama beradasarkan atas radang lengkung
kapiler dalam glemorulus.(Kamus Kedokteran,dr.Hendra T.Laksman dkk.1997)
Glomerulusnefritis
akut adalah merujuk pada kelompok penyakit ginjal,di mana terjadi reaksi
peradangan di glomerulus. Glomerulusnefritis bukanlah merupakan penyakit
infeksi pada ginjal,tetapi gangguan akibat mekanisme tubuh terhadap system
imun(DR.Nursalam,2008)
Jadi
dapat disimpulkan Glomerulonefritis akut (GNA) adalah penyakit yang menyerang
Glomerulus dari kedua ginjal sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri
atau virus tertentu.
2.
Etiologi
Berbagai penyakit dapat menyebabkan GNA mulai dari
infeksi hingga penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh, terkadang penyebabnya
tidak diketahui. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan GNA adalah :
a.
Infeksi
Glomerulonefritis akut post streptococcus. GNA dapat
muncul beberapa satu atau dua minggu setelah sembuh dari infeksi tenggorokan
atau infeksi kulit. Kelebihan antibody yang dirangsang oleh infeksi akhirnya
menetap di glomerulus dan menyebabkan peradangan.
Gejalanya meliputi pembengkakan,pengeluaran, urin
sedikit dan masuknya darah dalam urin. Anak-anak lebih mungkin terserang GNA
post streptococcus daripada orang dewasa.
Bakteri endokarditis. Bakteri ini bisa menyebar
melalui aliran darah dan menetap dihati, penyakit ini adalah orang-orang yang
memiliki cacat jantung. Bakteri endokarditis berkaitan dengan penyakit
glomerulus, tetapi hubungan yang jelas antara keduanya masih belum ditemukan.
Infeksi virus. Infeksi virus yang dapat menyebabkan
GNA adalah infeksi HIV dan virus penyebab hepatitis B dan hepatitis C.
b.
Penyakit system kekebalan tubuh
1.
Lupus
Lupus yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada
banyak bagian tubuh, termasuk kulit, persendian, ginjal, sel darah, jantung dan
paru-paru.
2.
Sindrom Goodpastur
Adalah gangguan imunologi pada paru-paru yang jarang
dijumpai. Sindrom Goodpastur menyebabkan perdarahan pada paru-paru dan
glomerulus.
3.
Vaskulitis
Adalah gangguan yang ditandai oleh kerusakan pembuluh
darah karena peradangan, pembuluh darah arteri dan vena. Jenis-jenis vaskulitis
yang menyebabkan glomerulonefritis antara lain:
-
Polyarteritis : vaskulitis yang menyerang pembuluh
darah kecil dan menengah yang menyerang dibeberapa bagian tubuih seperti
ginjal, hati dan usus.
-
Grabulomatosis Wegener : vaskulitis yang menyerang
pembuluh darah kecil dan menengah pada pru-paru, saluran udara pada bagian atas
dan ginjal.
c.
Kondisi yang cenderung menyebabkan luka pada
glomerulus
1.
Tekanan darah tinggi
Kerusakan
ginjal dan kemampuannya dalam melakukan fungsi normal dapat berkurang akibat
tekanan darah tinggi. Sebaliknya Glomerulonefritis juga menyebabkan tekanan
darah tinggi karena mengurangi fungsi ginjal.
2.
Penyakit diabetes ginjal
Penyakit
diabetes ginjal dapat mempengaruhi penderita diabetes. Nefropati diabetes
biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa muncul. Pengaturan kadar gula
darah dan tekan darah dapat mencegah atau memperlambat tekanan ginjal.
3.
Manifestasi
Klinis
1.
Sakit kepala
2.
Malaise
3.
Edema
4.
Proteinuria
5.
Hematuria
6.
Oliguria
7.
Anoreksia
8.
Kadang-kadang demam
9.
Mual & Muntah
10. Hipertensi
11. Nyeri punggung
4.
PATHWAY
5.
Klasifikasi
1.
Congenital (herediter)
a)
Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya
glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli syaraf
dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport
merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua
pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak
dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya
ternyata penderita sindrom alport.Gejala klinis yang utama adalah hematuria,
umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul
pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.Hilangnya pendengaran secara
bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir,
umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
b)
Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.Gejala
proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi
beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada
hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis.
Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia,
hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom
nefrotik jenis lainnya.
2.
Glomerulonefritis Primer
a)
Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui
etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria
asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan
hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala
glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya
40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan
25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga
penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau
nefropati IgA.
b)
Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada
keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati
membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus
sistemik.Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden
2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik.Umur rata-rata pasien pada berbagai
penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada
anak dengan umur kurang dari 1 tahun.Tidak ada perbedaan jenis kelamin.
Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80%
sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada
50-60%, dan hipertensi 30%.
c)
Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati
IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma
nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik.Nefropati IgA juga sering dijumpai
pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi.Gejala
nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria
mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi
saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan
imunisasi.
3.
Glomerulonefritis sekunder
Glomerulonefritis sekunder yang banyak
ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana
kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang
nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.
Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata,
kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.
6.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan urine : adanya proteinuria (+1 sampai +4), kelainan sedimen urine dengan
eritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++),
albumin (+), silinder lekosit (+) dan lain-lain. Analisa urine adanya
strptococus
2.
Pemeriksaan
darah :
-
kadar ureum dan kreatinin serum meningkat.
-
jumlah elektrolit : hiperkalemia, hiperfosfatem dan hipokalsemia.
-
analisa gas darah ; adanya asidosis.
-
Komplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan C3
rendah.
-
kadar albumin, darah lengkap (Hb,leukosit,trombosit dan erytrosit)adanya
anemia
3.
Pemeriksaan Kultur tenggorok : menentukan jenis mikroba adanya streptokokus
4.
Pemeriksaan serologis : antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase \
5.
Pemeriksaan imunologi : IgG, IgM dan C3.kompleks imun
6.
Pemeriksaan radiologi : foto thorak adanya gambaran edema paru atau payah jantung
7.
ECG : adanya
gambaran gangguan jantung
7.
Penatalaksanaan
a. Medis
1. Pemberian
penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang
mungkin masih, dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis
selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan
eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
2. Pengobatan
terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk
menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan
gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam
kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03
mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi
efek toksis.
3. Pemberian
furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit tidak
berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus
4. Bila timbul
gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.
b. Keperawatan
1.
Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan
istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk
menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita
sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap
perjalanan penyakitnya.
2.
Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1
g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada
penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
3.
Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan
disesuaikan dengan kebutuhan
4.
Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema,
hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
8.
Komplikasi
1.
Oliguria sampai anuria
Dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerolus.
2.
Ensefalopati hipertensi
merupakan gejala serebrum karena
hipertensi seperti gangguan penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal
ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.
Anemia
Dapat terjadi akibat pengeluaran eritrosit melalui
urin terus menerus.
4.
Gagal ginjal
GNA peradangan pada glomerulus apabila hal tersebut
terjadi terus menerus dan tidak di tangani maka fungsi ginjal menurun untuk
mengimbangi fungsinya maka ginjal tesebut akan lebih kerja dari batas kemmpuan
ginjal
A.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
PENGKAJIAN
a.
Anamnese
1.
Identifikasi
klien.
2.
Keluhan
utama klien.
3.
Riwayat
penyakit sekarang
4.
Riwayat
penyakit dahulu
5.
Riwayat
kesehatan keluarga
6.
Riwayat
psikososial
b. Pemeriksaan
fisik
1.
Keadaan
umum
2.
Kepala
dan leher
3.
Sistim
pernafasan
4.
Sistim
Neurologi
5.
Sistim
gastrointestinal
6.
Aktivitas/istirahat
7.
Eliminasi
8.
Integritas
ego
9.
Makanan/cairan
10.
Seksualitas
c. Pemeriksaan
penunjang
d. Penatalaksanaan
e. Analisa data
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1
Resiko
kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
2
Potensial
gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal berhubungan
dengan resiko krisis hipertensi.
3
Perubahan
integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
3.
INTERVENSI
1
Melekukan BHSP
R/menjalin hubungan
saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga pasien
2
Menjelaskan tentang penyebab penyakit
pada pasien
R/agar pasien mengetahui tentang penyakit yang
diderita
3
Ukur dan catat intake dan output setiap 4-8 jam, Catat jumlah dan
karakteristik urine
R/Memonitor
kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan
4
Ukur berat jenis urine
tiap jam dan timbang BB tiap hari
R/ Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat
menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan
5
Pantau elektrolit
tubuh dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
R/ Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan
menentukan tindakan penanganan yang tepat
6
Kolaborasi dengan tim medis
lainnya dalam pemberian twerapi dan pembatasan
diet natrium dan protein
R/
untuk mempercepat proses penyembuhan px
DARTAR
PUSTAKA
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN GLOMERULONEFRITIS
DI RS SAIFUL
ANWAR MALANG
A.
DATA
PENGKAJIAN
1.
Biodata
a) Identitas
klien
Nama : Ny “A”
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Nama : Ny “A”
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS : 10 agustus 2014
Jam MRS : 09.00 WIB
Tgl
pengkajian : 11 agustus 2010
Jam
pengkajian : 07.00 WIB
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis : Glomerulonefritis
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis : Glomerulonefritis
b) Identitas
Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px : Suami Klien
Nama : Tn “S”
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px : Suami Klien
2.
Riwayat
kesehatan
a)
Keluhan
Utama
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan
seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah.
b)
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh
tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah ± 3hari sebelum dibawa ke rumah
sakit
c)
Riwayat
Penyakit Dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serupa dengan klien. Klien
mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit asma, jantung, gagal ginjal, paru,
stroke,
3.
Pola
Kebiasaan Klien
a)
Pola
nutrisi dan metabolic :
Sebelum MRS : makan dan minum normal sesuai dengan porsi
Setelah MRS : terjadi
peningkatan BB karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata
dan seluruh tubuh, mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.
Adanya mual , muntah dan
b)
Pola eliminasi :
Sebelum MRS : Tidak ada masalah dengan BAB dan BAK
Setelah MRS : Eliminasi
alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri, hematuria.
c)
Pola
Aktifitas dan latihan :
Sebelum MRS : dapat melakukan semuai aktivitasnya secara
mandiri tanpa bantuan orang lain
Setelah MRS : hanya bisa
istirahat dan melakukan aktivitasnya di bantu oleh keluarga karena kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hyperkalemia
d)
Pola
tidur dan istirahat :
Sebelum MRS : klien tidur ± 6-7 jam / hari dengan nyenyak
Setelah MRS : Klien tidur ± 4-5
jam dan tidak dapat tidur terlentang
karena uremia. kelemahan otot dan kehilangan tonus
e)
Persepsi
diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama.
f)
Nilai
keyakinan : Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
4.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan
Umum : lemah
Kesadaran : Compos mentis
Kesadaran : Compos mentis
GCS :
456
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
TD : 130/80 mmHg
R : 24 x/ menit
S : 36,8 ºC
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
TD : 130/80 mmHg
R : 24 x/ menit
S : 36,8 ºC
2. Kepala
Bentuk kepala :
simetris
Kulit kepala :
tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Mata :
konjungtiva anemis, pupil isokor, edema sekitar mata.
Hidung : tidak
terdapat secret, fungsi pembauan baik
Mulut : membran
mukosa kering,
3. Leher
Pada leher tidak
ada nyeri tekan dan ada pembesaran kelenjar tiroid.
4.
Kulit
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Ada edema, Turgor kulit tidak elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.
5.
Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien
dan tidak terdapat benjolan.
Perkusi : Terdengar suara redup di interkosta 5
Auskultasi :
Tidak terdengar bunyi ronchi dan terdengar bunyi S1,2
6.
Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, tidak ada lesi, terdapat edema
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, tidak ada lesi, terdapat edema
Auskultasi :
Terdengar bising usus.
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa
pada perut klien
7.
Ekstremitas
a) Atas :
a) Atas :
Simetris, adanya
edema, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada kemerahan pada
tangan klien.
b) Bawah :
Simetris, terdapat
edema pada kaki klien , tugor kulit tidak elastis, tidak terdapat bekas luka
pada kaki klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo matang.
5.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
tanggal 11 Agustus 2014
-
Hb menurun ( 8-11 )
-
Ureum dan
serum kreatinin meningkat.
-
( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8
mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum
kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106
mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
-
Elektrolit
serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
-
Urinalisis
(BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit Å, leukosit Å)
-
Pemeriksaan
darah
-
LED
meningkat.
-
Kadar HB
menurun.
-
Albumin
serum menurun (++).
-
Ureum &
kreatinin meningkat.
- Titer anti streptolisin meningkat.
6.
Penatalaksanaan
1 amoksislin
50 mg
2 furosemid 1
mg
3 Inf RL 20
Tpm
B.
Analisa
Data
Nama Pasien : Ny A
Nama Pasien : Ny A
Umur
: 30 th
No.Registrasi
: 8081
No
|
Data
penunjang
|
problem
|
Etiologi
|
1
|
DS:
Klien
mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah
DO:
Kesadaran : composmentis
K/u : lemah
GCS : 456
Tanda-Tanda
Vital :
N : 90 x/ menit TD : 130/80 mmHg R : 24 x/ menit S : 36,8 ºC
- Adanya
edema
- Urin
berwarna merah
- Mual
muntah
-
Hb menurun
- Ureum dan serum kreatinin meningkat
|
Resiko
kelebihan, volume cairan berhubungan
dengan retansi natrium dan air serta disfungsi ginjal.
|
Infeksi streptococcus β hemoliticus groupA
Terbentuknya komplek antigen anti body
antigen melekat pada membran basalis glomerulus
Merusak glomerulus
Gangguan filtrasi
albumin ikut dalam urine
albumin dalam darah turun
nadi retensi natrium & cairan dalam interstitiil
Edema
Resiko kelebihan, volume cairan berhubungan dengan retansi natrium dan
air serta disfungsi ginjal
|
C.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nama
Pasien : Ny A
Umur
: 30 Th
No.Regristasi
: 8081
No
|
Tgl muncul
|
Diagnose keperawatan
|
Tgl teratasi
|
1
|
11 -8-
2014
|
Resiko
kelebihan, volume cairan berhubungan
dengan retansi natrium dan air serta disfungsi ginjal.
|
D.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nama
Pasien : Ny A
Umur
: 30 Th
No.Regristasi
: 8081
No Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan cairan dan
elektrolit dapat seimbang
KH :
-
Intake dan output dalam keadaan seimbang
-
Warna urin kembali normal
-
TTV dalam rentang normal 80-120mmhg
|
1. Melekukan
BHSP
2. Menjelaskan
tentang penyebab penyakit pada pasien
3. Ukur dan catat intake dan output setiap 4-8 jam, Catat jumlah dan karakteristik urine
4.
Ukur berat jenis urine
tiap jam dan timbang BB tiap hari
5.
Pantau elektrolit
tubuh dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
6.
Kolaborasi dengan tim medis
lainnya dalam pemberian twerapi dan pembatasan
diet natrium dan protein
|
1. R/menjalin
hubungan saling percaya dan kerjasama antara perawat ,pasien dan keluarga
pasien
2. R/agar
pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita
3. Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan
tindakan penanganan
4. Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat
menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan
5. Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan
menentukan tindakan penanganan yang tepat
6. untuk
mempercepat proses penyembuhan px
|
E.
IMPLEMENTASI
No Dx
|
Tgl
|
Jam
|
Implementasi
|
Respon klien
|
TTd
|
1
|
11 – 8 –
2014
|
07.30 WIB
07.45 WIB
08.00 WIB
08.30 WIB
11.00 WIB
11.30 WIB
12.00 WIB
|
Melakukan
BHSP dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
Menjelaskan
tentang penyebab penyakit pada pasien
Mencatat
jumlah cairan yang masuk dan keluar pada pasien, dan memeriksa warna urin
Menimbang
BB pasien
Mengobservasi
TTV:
N : 90 x/ menit
TD : 130/80 mmHg R : 24 x/ menit S : 36,8 ºC
Memberikan
es batu untuk mengontrol haus
Melakukan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan dan terapi
1
amoksislin 50 mg
2
furosemid 1 mg
3 Inf RL 20
Tpm
|
Px kooperatif
Px kooperatif
Px kooperatif
Px kooperatif
Px kooperatif
Px kooperatif
Px kooperatif
|
F.
EVALUASI
Nama Pasien : Ny A
Umur : 30 Th
No.Regristasi
: 8081
No
|
Tanggal
|
Evaluasi
|
1.
|
11 – 8 – 2014
|
S :
Klien mengatakan mengeluh saat buang air kecil dan berwarna merah, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah
O : Kesadaran : composmentis
K/u : lemah
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit TD : 130/80 mmHg R : 24 x/ menit S : 36,8 ºC
-
Adanya edema
-
Urin berwarna merah
-
Mual muntah
-
Hb menurun
-
Ureum dan
serum kreatinin meningkat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 3,4,5,6
|
2
|
12 – 8 – 2012
|
S :Klien
mengatakan warna urin sudah kembali normal, edem seluruh tubuh
sudah berkurang dan tidak ada mual muntah
O : Kesadaran : composmentis
K/u : cukup
GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit TD : 120/80 mmHg R : 22 x/ menit S : 36,5 ºC
A :
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi 3,4,5,6
|
0 comments: