Tuesday, December 9, 2014

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ISPA

SHARE


Mata kuliah                 :           Pendidikan Kesehatan
Topik atau materi        :           Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Sub Topik                    :           Pentingnya Pengetahuan tentang ISPA
Sasaran                        :           Mahasiswa
Waktu                         :           30menit
Tempat                        :           Ruangan  kelas
Penyaji                        :           Ferry ayu.amd,Kep
I.          Standart Kompentensi
Mampu menjelaskan tentang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

II.          Kompentensi Dasar
Setelah di berikan pendidikan kesehatan mahasiswa mampu :
1.             Menjelaskan pengertian ISPA dengan bahasa sederhana.
2.             Menjelaskan faktor – faktor penyebab ISPA.
3.             Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala dari ISPA.
4.             Memahami klasifikasi dari ISPA.
5.             Menjelaskan cara pencegahan terhadap ISPA.
6.             Menjelaskan dan mendemonstrasikan penatalaksanaan terhadap ISPA.

III.          Bahan /alat yg diperlukan :
1.             LCD
2.             Laptop

IV.          Model Pembelajaran : 
Pertemuan Kelas

V.          LANDASAN TEORI:

VI.          Langkah pokok:
1.             Menciptakan suasana kelas yang nyaman
2.             Mengajukan masalh
3.             Membuat keputusan nilai personal
4.             Memberikan penjelasan tentang masalah penyakit ISPA
5.             Menetapkan tindak lanjut

VII.          Metode :
1.             Ceramah
2.             Praktik
3.             Tanya jawab

VIII.          Persiapan: mencari materi tentang hipertensi
Kegiatan pendidikan kesehatan
Proses
Tindakan
Tindakan
Waktu
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan peserta
Pendahuluan
a.    memberi salam, memperkenalkan diri dengan baik

b.    menjelaskan materi secara umum pada mahasiswa

c.    menyampaikan tujuan pembelajaearan
Memperhatikan dan menjawab salam


Memperhatikan serta merespon terhadap pembelajar

Memperhatikan
5menit
Penyajian
a.    memberikan penjelasan tentang ISPA
·    Pengertian ISPA
·    Penyebab ISPA
·    Gejala ISPA
·    Klasifikasi ISPA
·    Pencegahan ISPA
·       
b.    Memberi kesempatan pada mahasisiwa untuk bertanya

c.    menjawab pertanyaan mahasiswa dengan tepat dan mudah di mengerti

d.   memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menanyakan yg belum di mengerti
 
e.    memberikan jawaban denga tepat dan dapat di mengerti
Memperhatikan







Memberi pertanyaan yang belum dapat di mengerti mahasisiwa

Memperhatikan



Memberi pertanyaan yang belum dapat di mengerti


Memperhatikan
20menit
Penutup
a.    Memberi kesimpulan teneteng Hipertensi

b.    Mengajukan pertanyaan pada masiswa tentang materi yang sedang di lakukan

c.    Menutup pertemuan dan memberi salam penutup
Memperhatikan


Merenspon pertanyaan yang di berikan penyaji



Memprhatikan dan menjawab salam
5menit

MATERI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

I.             Pengertian
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai  bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran  pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and Wong; 1991; 1418).
II.           Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

III.        Tanda dan Gejala
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1.    Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2.    Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3.    Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4.    Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
5.    Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
6.    Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7.    Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8.    Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9.    Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

IV.        Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a.    Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b.    Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c.    Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

V.           Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA
pada anak menurut (Depkes, 2002) adalah sebagai berikut:
a.              Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5 tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso, 2007).
b.              Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
c.               Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada  dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit      (Beck, 2000).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (Nadesul, 2001).
d.             Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson, 1992).
Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).
e.              Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi (Wikipedia, 2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI menyebapkan terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si ibu, Bayi yang diberi ASI ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit serta angka kematianya lebih renda dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Ini terjadi karena pemberian ASI dapat meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir 90 % kematian bayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4 % lebih kematian disebapkan oleh ISPA (Kartasasmita, 2003).
f.              Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk ISPA. Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor dan padat dapat akan memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit, pembuangan air limbah, sampah dan kotoran yang tidak teraratur dengan baik menyebapkan sampah dan kotoran terkumpul disekitar rumah

VI.        Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a.    Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b.    Immunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri
c.    Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia
d.   Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit)

VII.     Penatalaksanaan
1.             Medis
a.              Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b). Antibiotik :
-          Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
-          Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
-          Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
-          Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

1)             Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
2)             Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3)             Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a.              Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
b.             Meningkatkan makanan bergizi.
c.              Bila demam beri kompres dan banyak minum.
d.             Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih.
e.              Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f.              Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek.
Pengobatan antara lain :
a). Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b). Mengatasi batuk
1. Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif :
1)      Ambil napas dalam (melalui hidung)
2)      Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut
3)      Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X
4)      Setelah itu, batukkan dengan keras
5)      Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh menggunakan botol /kaleng /wadah berisi pasir).
6)      Berkumur-kumur.
7)      Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).
2. Ramuan tradisional yaitu jeruk nipis-kecap.
Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis-kecap :
1)      Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.
2)      Setengah sendok teh kecap manis.
3)      Satu buah gelas minum ukuran belimbing.
b. Langkah-langkah :
1)      Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
2)      Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
3)      Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya hilang.
c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
1)      Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.
2)      Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa dicampur air.
3)      Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang masih hangat.
4)      Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.6
c. Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana (tradisional)
Carannya :
1)      Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu putih, kain/handuk kering).
2)      Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air hangat.
3)      Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap  tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi dengan kain/handuk kering).
4)      Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau penderita sudah merasa lega dengan pernafasannya.
Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat serta risiko
kecelakaan terkena tumpahan air panas.

VIII.  Evaluasi
Jenis tes : tes esay
1.             Jelaskan Pengertian dari ISPA?
2.             Jelaskan tanda dan gejala apa saja yang muncul pada penyakit ISPA?
3.             Bagaiman cara pencegahan agar dapat meminimalkan penyakit ISPA?
4.             Jelakan klasifikasi dari ISPA???

IX.        REFRENSI

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Husodo, Sosro., Sugiyo, Teha. 1985. Penyakit Menular, Cara Pencegahan dan Cara
Pengobatannya. Bandung : Alumni
Ronald. 2006. Obat-obatan Ramuan Tradisional. Bandung : Yrama Widya [diakses 26 Juni 2011]

SHARE

Author: verified_user

0 comments: